Industrialisasi
Sampai tahun 2010, struktur perekonomian Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor industri yakni sebesar 24,8 persen. Sementara sektor pertanian hanya 15,3 persen, sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran 13,7 persen.
Demikian disampaikan Sekjen Kementerian Perindustrian, Anshari Bukhari, di kantornya, Selasa (8/2).
Ia mengatakan, sektor industri pengolahan non migas pada tahun 2010 menyumbang sekitar 21,6 persen, mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 22,6 persen.
Sementara itu, pada triwulan IV 2010 sektor industri pengolahan non migas tumbuh 6,0 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2009. “Secara kumulatif, pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2010 sebesar 5,1 persen,” kata dia.
Anshari mengatakan, kondisi tersebut menggambarkan, perkembangan sektor industri sudah berada pada tren positif naik, bahkan telah melampaui target pertumbuhan industri yang telah ditetapkan sebesar 4,65 persen untuk tahun 2010.
Dalam rangka menjadi tren positif tersebut, kata dia, perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur. Selain itu, kata dia, perlu ditingkatkan lingkungan global saat ini yang persaiangannya semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi lainnya.
Di tempat yang sama Dirjen Pengembangan Wilayah, Kementerian Perindustrian, Dedy Mulyadi, mengatakan, berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri pada tahun 2010, masih terdapat satu cabang industri yang tumbuh negatif yaitu industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar -3,5 persen.
Sedangkan delapan cabang industri lainnya mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri alat angkut, mesin dan peralatan yaitu tumbuh sebesar 10,4 persen. Kemudian diikuti oleh industri pupuk, kimia dan barang dari karet yang tumbuh sebesar 4,7 persen.
Secara kumulatif, kata Dedy, sampai dengan triwulan IV tahun 2010 pertumbuhan industri yang dapat dicapai sebesar 5,1 persen dengan nilai PDB sebesar Rp 549.7733 miliar. Pertumbuhan tahun 2010 ini, kata dia, jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2009 yang hanya tumbuh sebesar 2,6 persen. Hal ini, kata dia, didukung oleh kinerja ekspor yang cukup tinggi serta semakin membaiknya perekonomian global. Di samping itu, impor juga meningkat khususnya impor barang modal yang diperlukan untuk mendukung peningkatan kapasitas perekonomian.
Anshari mengatakan, industri barang kayu dan hasil hutan yang mengalami pertumbuhan negatif perlu mendapat perhatian pemerintah. Beberapa upaya yang dapat ditempuh adalah peningkatan penguasaan pasar internasional dan memperkuat keterkaitan hulu-hilir melalui pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah dengan program hilirisasi.
1. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal konsep industrialisasi adalah Revolusi industri abad 18 di Inggris kemudian Penemuan metode baru dlm pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas factor produksi.
Industrialisasi adalah suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2) Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3) Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4) Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5) Meningkatkan kemampuan teknologi.
6) Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7) Meningkatkan penyebaran industri.
2. Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
a. Kemampuan teknologi dan inovasi
b. Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e. Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g. Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
3. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
4. Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
1. Keterbatasan teknologi.
2. Kualitas Sumber daya Manusia.
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta.
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih rendah.
5. Strategi Pembangunan Sektor Industri
Startegi pelaksanaan industrialisasi :
Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan.
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
- Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia
- Potensi permintaan dalam negeri memadai
- Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
- Kesempatan kerja menjadi luas
- Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang’
Strategi promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
- Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang yang bisa baik pasar input maupun output.
- Tingkat proteksi impor harus rendah.
- Nilai tukar harus realistis.
- Ada insentif untuk peningkatan ekspor.
Perekonomian Indonesia (Softskill)
Nindy Chairunnisa (20208886)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar