Neraca Perdagangan Indonesia – China
Perkembangan Ekspor
Nilai ekspor Indonesia bulan Mei 2011 mencapai 18,3 USD miliar, naik 10,8 persen dibanding April 2011. Sementara secara kumulatif, ekspor Jan-Mei 2011 mencapai 80,3USD miliar atau meningkat 33,8 persen dibanding Jan-Mei 2010. Pada periode Jan-Mei 2011 ekspor masih didominasi oleh sektor non migas, yang mencapai 64,2 USD miliar (80,0 persen dari nilai ekspor total) sementara nilai ekspor migas hanya sebesar 16,0 USD miliar (20,0 persen dari nilai ekspor total).
Ekspor nonmigas Jan-Mei 2011 terutama didorong oleh ekspor kelompok barang HS 27 (bahan bakar mineral) sebesar 9,75 USD miliar, yang kemudian diikuti oleh kelompok barang HS 15 (lemak dan minyak hewan/nabati) sebesar 8,09 USD miliar; dimana kontribusi kedua kelompok barang ini terhadap total ekspor nonmigas adalah sebesar 27,8 persen.
Proporsi ekspor industry mencapai 61,7 persen dari total ekspor Jan-Mei 2011; dimana peran ekspor produk industry terhadap ekspor total secara tren terlihat semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di lain pihak, peran ekspor produk pertambangan semakin meningkat yang mencapai 15,6 persen pada Jan-Mei 2011. Peran ekspor batubara (bituminous dan coal) mencapai 11,4 persen dan tembaga 2,6 persen pada Jan-April 2011.
Pada periode Jan-Mei 2011, ekspor nonmigas ke Jepang mencapai 7,35 USD miliar, Amerika Serikat mencapai 6,56 USD miliar, dan China mencapai 7,01 USD miliar. Kontribusi ekspor nonmigas ke tiga negara tersebut mencapai 32,6 persen. Sementara ekspor nonmigas ke Uni Eropa (27 negara) mencapai 8,68 USD miliar (13,5 persen), sedangkan ekspor nonmigas ke negara-negara ASEAN sebesar 13,77 USD miliar (21,4 persen) terhadap total ekspor nonmigas.
Perkembangan Impor
Nilai impor Indonesia pada Mei 2011 sebesar 11,19 USD miliar, turun -0,4 persen dibanding April 2011. Sementara impor kumulatif periode Jan-Mei 2011 mencapai 68,51 USD miliar atau naik 33,9 persen dibanding Jan-Mei 2010. Impor didominasi oleh sektor non migas, yang mencapai 52,53 USD miliar (76,7 persen dari nilai impor total) sementara nilai ekspor migas adalah sebesar 15,98 USD miliar (23,3 persen dari nilai impor total).
Pada Jan-Mei 2011, impor bahan baku memberikan peranan terbesar, yaitu 75,3 persen (51,6 USD miliar), yang didominasi oleh Komoditas Bahan Baku (Olahan) untuk Industri. Sejak tahun 2008, proporsi impor barang konsumsi meningkat dari 6,4 persen menjadi 7,4 persen pada 2010.
Dari total nilai impor nonmigas pada Jan-Mei 2011, sebesar 9,8 USD miliar (23,2 persen) berasal dari ASEAN. Diikuti China (18,6 persen) dan Jepang (13,5 persen). Sehingga, impor dari ketiganya mendominasi 55,2 persen impor nonmigas Indonesia; turun dari Jan-Mei 2010 yaitu 64,9 persen.
Harga Komoditas Bahan Pokok Pasar Domestik
Pada bulan Januari Juni 2011, harga rata-rata komoditas beras medium, gula pasir, gula pasir, minyak goreng kemasan, minyak goreng curah dan tepung terigu mengalami kenaikan dibandingkan bulan Mei 2011, yaitu masing-masing sebesar 14,8 persen; 1,5 persen; 12,1 persen; 13,1 persen dan 0,9 persen.
Harga Komoditas Internasional
Harga minyak mentah turun 2,1 persen pada bulan Juni, dengan harga rata-rata 105,9 USD/barel. Terjadi perbedaan yang signifikan antara harga Brent 113,8 USD/barel dan harga WTI 96,3 USD/barel, yang disebabkan oleh hambatan pasokan di Cushion OK. Harga pertanian menurun 0,7 persen akibat peningkatan pasokan pada beberapa komoditas. Harga minyak kelapa dan palm kernel turun mencapai 14 persen dan 10 persen akibat kelebihan produksi, sementara harga kapas turun 10 persen akibat permintaan yang menurun serta adanya substitusi serat sintetis murah di Asia. Sementara itu, harga gula meningkat 15 persen akibat produksi Brasil yang rendah dan harga kayu (Malaysia) naik 8 persen akibat permintaan dari Jepang. Harga logam dan mineral turun 1,2 persen akibat perlambatan permintaan global. Harga timah turun 11 persen karena peningkatan produksi dan harga nikel turun 7 persen akibat melemahnya permintaan stainless steel serta peningkatan produksi nikel pig iron di China.
INDEKS HARGA KOMODITAS
Pada Jan-Mei 2011 neraca perdagangan menghasilkan surplus sebesar 11,8 USD miliar, naik dibanding Jan-Mei 2010 sebesar 30,6 persen. Sementara total transaksi perdagangan Jan-Mei 2011 naik sebesar 33,6 persen dibandingkan Jan-Mei 2010. Neraca perdagangan, secara tren relatif menurun sejak 2006 silam. Hal tersebut diakibatkan oleh laju pertumbuhan (5 tahun terakhir) impor (23,3 persen) tumbuh lebih cepat daripada laju pertumbuhan ekspor (14,3 persen). Pada Jan-Mei 2011 neraca perdagangan non migas RI-Asean surplus sebesar 1,58 USD miliar dan RI-China defisit sebesar -2,7 USD miliar.
Dari artikel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa neraca perdagangan antara Indonesia-china untuk Nilai ekspor Indonesia bulan Mei 2011 mencapai 18,3 USD miliar, naik 10,8 persen dibanding April 2011. Untuk total ekspor nonmigas adalah sebesar 27,8 persen. peran ekspor produk industry terhadap ekspor total secara tren terlihat semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan untuk Nilai impor Indonesia pada Mei 2011 sebesar 11,19 USD miliar, turun -0,4 persen dibanding April 2011. Impor didominasi oleh sektor non migas, yang mencapai 52,53 USD miliar (76,7 persen dari nilai impor total) sementara nilai ekspor migas adalah sebesar 15,98 USD miliar (23,3 persen dari nilai impor total). Pada Jan-Mei 2011, impor bahan baku memberikan peranan terbesar, yaitu 75,3 persen (51,6 USD miliar), yang didominasi oleh Komoditas Bahan Baku (Olahan) untuk Industri. Sehingga Pada Jan-Mei 2011 neraca perdagangan menghasilkan surplus sebesar 11,8 USD miliar, naik dibanding Jan-Mei 2010 sebesar 30,6 persen. Sementara total transaksi perdagangan Jan-Mei 2011 naik sebesar 33,6 persen dibandingkan Jan-Mei 2010.
Nindy Chairunnisa (20208886)
^ Welcome To My Blog ^
blackwhite

The beginning of a new leaf.. (Beberapa tugas dan info buat semua..)
Jumat, 18 Mei 2012
Senin, 26 Maret 2012
Tugas 2 Akuntansi Internasional Softskill (Kasus dan Solusi L/C)
LETTER OF CREDIT (L/C)
Sumber Hukum Uniform Customs and Practice for Documentary Credits-500 (U.C.P.D.C.-500) 1993 Revision. Cara Pembayaran Ekspor-Impor yang paling aman adalah menggunakan Letter of Credit (L/C). L/C di sini dimaksudkan menjembatani perdagangan internasional atau antar negara dimana pembeli dan penjual belum saling mengenal baik, maka dengan media L/C resiko non payment dapat dialihkan ke bank yang terkait dalam proses L/C (Issuing bank, negotiating bank, conferming bank). L/C yang merupakan singkatan dari Letter of Credit, kadang disebut juga sebagai Credit khususnya dalam Uniform Customs and Practice (UCP). Disamping itu Documentary Credit juga dikenal sebagai istilah yang umumnya dipakai dalam konfirmasi L/C (lembaran L/C). Documentary Credit mengandung arti bahwa bank hanya bertanggung jawab sebatas dokumen dan tidak bertanggung jawab atas komoditi yang dikapalkan apakah sesuai degan yang tersurat dalam dokumen. Singkat kata petugas bank tidak berurusa dengan barang yang dikapalkan. L/C merupakan janji bayar dari Bank Pembuka kepada pihak Eksportir sepanjang mampu menyerahkan dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C. Bagi para nasabah importir, BCA menyediakan jasa layanan untuk penerbitan berbagai jenis L/C, mulai dari Sight L/C (atas unjuk), Usance L/C (berjangka), Red Clause L/C (pembayaran di muka), hingga Standby L/C. Penerbitan L/C dapat dilayani dalam 22 mata uang asing ke berbagai penjuru dunia di mana Anda bermitra bisnis. Suatu instrumen (dapat berupa telex, swift, surat) yang dikeluarkan oleh bank (bank penerbit L/C) atas permintaan nasabahnya (importir/ buyer/applicant) yang memberikan kuasa kepada penjual (eksportir/ seller/beneficiary) untuk menarik dengan sehelai wesel/draft sejumlah uang jika telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam instrumen tersebut.
Pengertian Letter Of Credit adalah letter of credit yang diterbitkan oleh bank dengan segala macam sifat dan jenisnya. Dalam transaksi jual beli antara eksportir dan importir, penggunaan L/C merupakan cara yang paling aman bagi eksportir maupun importir, karena adanya kepastian bahwa pembayaran akandilakukan apabila syarat L/C dipenuhi. Namun demikian cara pembayaran ini biayanya relatif lebih besar dibanding dengan cara pembayaran yang lain.
Atas L/C yang dibuka oleh importir, eksportir atau supplier di luar negeri diberi hak untuk menarik wesel sebesar nilai harga barang yang dikirimnya atas nama importir. Wesel ini beserta dokumen-dokumen pengapalan barangnya oleh eksportir disearahkan kepada bank koresponden yang menjadi penerima L/C untuk dimbilalih.
Pembayaran yang dilakukan atas dasar L/C tersebut berarti bank koresponden membayar lebih dahulu atas nama bank pembuka L/C sehingga tampaknya ada unsur kredit. Jangka waktu antara pembayaran yang dilakukan bank penerima L/C dengan pembayaran yang dilakukan oleh bank pembuka L/C dikenakan sekedar bunga. Karena pembayaran atas dasar L/C ini dilakukan berdasarkan dokumen pengapalan barang, maka L/C yang dibuka sering disebut documentary letter of credit, yakni pembayaran L/C yang dijamin dengan dokumen.
Pihak-Pihak Dalam Letter Of Kredit
Dalam suatu mekanisme L/C terlibat secara langsung beberapa pihak ialah:
a. Pembeli atau disebut juga buyer, importer
b. Penjual atau disebut juga seller atau exporter
c. Bank pembuka atau disebut juga opening bank, issuing bank
d. Bank penerus atau disebut juga advising bank
e. Bank pembayar atau paying bank
f. Bank pengaksep atau accepting bank
g. Bank penegosiasi atau negotiating bank
h. Bank penjamin atau confirming bank
Dalam keadaan yang sederhana suatu L/C menyangkut 3 pihak utama, ialah pembeli, penjual, dan bank pembuka.
Manfaat bagi nasabah :
- Nasabah (eksportir) mendapat jaminan pembayaran atas barang yang mereka ekspor, sedangkan bagi nasabah (importir) mendapat jaminan penerimaan barang yang mereka impor.
- Karyawan mempunyai alternatif lain dalam memanfaatkan dana yang dimiliki.
- Menghindari korespondensi yang berkali-kali.
Persyaratan yang harus dipenuhi :
L/C IMPOR
• Copy API (Angka Pengenal Importir).
• SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
• Copy KTP pejabat perusahaan.
• Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen impor.
• Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan L/C.
• Mengisi dan menandatangani formulir Penggunaan Fasilitas L/C Sight/Usance.
• Membuka rekening di Bank (untuk memudahkan pemotongan biaya-biaya yang timbul dalam proses L/C Impor).
SKBDN ( Surat Berdokumen Dalam Negeri)
- SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
- Copy KTP pejabat perusahaan.
- Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen SKBDN.
- Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan SKBDN.
- Membuka rekening di Bank.
LC EKSPOR
• SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
• Copy KTP pejabat perusahaan.
• Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen ekspor.
• Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pengoperan Wesel Ekspor.
• Menyerahkan L/C asli untuk negosiasi (jika L/C tidak melalui Bank Pelaksana Negosasi).
• Membuka rekening di Bank.
Kewajiban dan Tanggung Jawab Dalam L/C
Mengenai hal ikhwal yang menyangkut kewajiban dan tanggung jawab bank sebagai pihak yang berurusan dengan dokumen-dokumen, telah diatur secara lengkap yang garis besarnya dapat dikemukan sebagai berikut:
1. Bank wajib memeriksa semua dokumen dengan ketelitian yang wajar untuk memperoleh kepastian bahwa dokumen-dokumen itu secara formal telah sesuai dengan L/C.
2. Bank yang memberi kuasa kepada bank lain untuk membayar, membuat pernyataan tertulis pembayaran berjangka, mengaksep, atau menegosisi dokumen, maka bank yang memberi kuasa tersebut akan terikat untuk mereimburse.
3. Issuing bank setelah menerima dokumen dan menganggap tidak sesuai dengan L/C yang bersangkutan, harus menetapkan apakah akan menerima atau menolaknya.
4. Penolakan dokumen harus diberitahukan dengan telekomunikasi atau sarana tercepat dengan mencantumkan penyimpangan-penyimpangan yang ditemui dan minta penegasan status dokumen tersebut.
5. Issuing bank akan kehilangan hak menyangkut bahwa dokumen-dokumen itu tidak sesuai dengan syarat-syarat L/C.
6. Bila bank pengirim dokumenmenyatakan terdapat penyimpangan pada dokumen dan memberitahukan bahwa pembayaran, pengaksepan, atau penegosiasian dengan syarat atau berdasarkan indemnity telah dilakukannya.
7. Bank-bank dianggap tidak terikat kewajiban atau tanggung jawab mengenai:
- Bentuk, kecukupan, ketelitian, keaslian, pemalsuan atau keabsahan menurut hukum daripada tiap-tiap dokumen.
- Syarat-syarat khusus yang tertera dalam dokumen-dokumen atau yang ditambahakan padanya.
- Uraian, kwantitas, berat, kwalitas, kondisi, pengepakan, penyerahan, nilai atau adanya barang-barang.
- Itikad baik atau tindakan-tindakan dan atau kealpaan, kesanggupan membayar utang, pelaksanaan pekerjaan atau standing daripada si pengirim.
8. Bank-bank juga dianggap tidak terikat kewajiban atau tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena kelambatan dan atau hilang dalam pengiriman daripada berita-berita, surat-surat atau dokumen-dokumen.
9. Bank-bank tidak terikat kewajiban atau tanggung jawab sebagai akibat yang timbul karena terputusnya bisnis mereka disebabkan hal-hal di luar kekuasaanya.
10. Bila bank memperbunakan jasa-jasa bank lain dalam melaksanakan instruksi applicant, maka hal tersebut adalah atas beban dan resiko applicant
Jenis- Jenis L/C:
Bermacam-macam L/C yang diketemukan dalam dunia per L/C-an dimulai dari L/C yang dibatasi negosiasinya (restricted) sampai pada yang bebas negosiasinya (Freely Negotiable). Namun ada tiga jenis L/C yang paling lazim dijumpai dalam praktek yaitu dilihat dari saat pembayarannya :
1. Sight L/C
adalah L/C yang bilamana semua persyaratan dipenuhi, maka bank negosiasi paling lama dalam 7 hari kerja wajib melunasi/membayar nominal L/C kepada eksportir.
Dengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan semua dokumen pengapalan (shipping Documents) yang lengkap tanpa penyimpangan (Disccrepancies) pada saat itulah pembayaran akan dilakukan oleh bank kepada eksportir. Oleh karena itu digolongkan sebagai L/C yang aman (Safety L/C).
2. Usance L/C
Berbeda dengan Sight L/C, maka Usance LC dimaksudkan bahwa pembayaran baru bisa dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh tempo yaitu sekian hari dari tanggal pengapalan / tanggal Bill of Lading, dengan demikian berarti eksportir memberi kredit kepada importir dimana barang dikirim terlebih dahulu, kemudian pembayaran dilakukan. Usance L/C dapat dilakukan kalau eksportir sudah percaya dengan importir.
3. Red Clause L/C
Jika Usance L/C dibayarkan kemudian hari oleh importir setelah barang-barang pesanan tiba, sebaliknya Red Clause L/C adalah terbalik dibanding dengan Usance L/C, yaitu pembayaran dilakukan oleh bank negosiasi kepada ekspotir sebelum barang dikapalkan. Dengan demikian importir memberi kredit kepada eksportir. Terlihat adanya Pre-Financing bagi eksportir.
4. Revolving L/C.
Bila L/C dengan jumlah US$ 200 sebagai nominal L/C pada saat di buka, namun shipment bisa dilakuikan sampai liam kali, maka dalam realisasinya, nominal L/C bertambah menjadi US$ 1,000. Ini diartikan sebagai revolving L/C. Hal ini untuk menghindari biaya pembukuan L/C yang tinggi. Sudah barang tentu dengan revolving L/C pengapalan sebagian (partial shipment) akan diperbolehkan.
5. Transferable L/C.
Andaikata pada saat L/C ingin direalisasi, ternyata adanya kesulitan teknis atau kurangnya kapasitas pruduksi, maka L/C tersebut terbuka kemungkinan dialihkan/ditransfer kepada pihak lain / beneficiary ke 2, sehingga yang mengapalkan barang tersebut adalah beneficiery ke 2, sehingga yang mengapalkan barang tersebut adalah beneficiary ke 2.
6. Standby L/C
Standby L/C adalah jenis L/C yang berlainan dengan L/C yang berlaku di dunia ekspor impor, karena L/C ini tidak menyangkut pembayaran ekspor impor, teapi hanya berfungsi sebagai jaminan bank/Bank Guarantee, yaitu untuk meng-backup bilamana terjadi wan-prestasi dari benficiary atau pihak yang hutang baik untuk pemborong atau pihak yang berhutang baik untuk penyelesaian bangunan gedung maupun utang lainnya.
7. Confirmed L/C
Adalah L/C yang pembayarannya dijamin oleh dua bank, yakni bank pembuat L/C dan bank penyampai L/C atau bank negosiasi, artinya L/C ekspor yang diterima oleh bank penyampai L/C tersebut di-backup / diconfirm kembali / dijamin kembali pembayarannya oleh bank penerima L/C, dengan demikian apabila terjadi kepailitan atau kerugian atas bank pembuka L/C, maka bank penyampai itulah yang akan menyelesaikan pembayaran L/C-nya semua persyaratan L/C dipenuhi.
8. Back to Back L/C
Sebenarnya L/C jenis ini adalah L/C yang dibuka berdasarkan L/C yang pertama (master L/C) yang nilai satuan barang dagangannya lebih tinggi yang diterima oleh Trader/perantara. Maka berdasarkan L/C tersebut dibukalah L/C yang baru atau L/C yang kedua, yang sering disebut dengan Back to Back L/C. Ciri khas dari L/C ini dapat dipantau dari pelabuhan tujuan/negara tujuannya. Bila L/C dibuka dari Singapura, pelabuhan tujuannya di Colombo.
Hal ini memberi indikasi bahwa barang tersebut bukanlah untuk kepentingan trader/pembuka L/C di Singapura, akan tetapi untuk pembeli yang sebenarnya yang berada di luar Singapura, sehingga dipakai Switch Bill of Lading untuk menghilangkan jejak eksportir di Indonesia.
9. Irrevocable L/C
Dilihat dari kemungkinan dibatalkannya L/C oleh pihak pembuka L/C dan bank pembuka, maka kita mengenal Irevocable L/C dan Revocable L/C. Yaitu L/C yang tidak dapat dibatalkan dab L/C yang dapat dibatalkan sepihak. UCP 500 menetapkan bila tidak dicantumkan kepastiannya, akan dianggap sebagai Irrevocable.
Prosedur Transaksi Letter Of Credit:
1. Pihak penjual dan pembeli mengadakan negosiasi jual beli barang hingga terjadi kesepakatan.
2. Pihak pembeli diharuskan membuka L/C dalam negeri pada suatu bank (bank pembuka L/C)
3. Setelah L/C DN dibuka, oleh bank pembuka L/C segera memberitahukan kepada bankpembayar bahwa L/C DN telah dibuka dan agar disampaikan kepada si penjual barang.
4. Penjual barang mendapat pemberitahuan dari bank pembayar bahwa pembeli telah membuka L/C barang dagangan sudah dapat segera dikirim. Disini penjual barang meneliti apakah L/C terjadi perubahan dari syarat yang telah disetujui semula.
5. Pihak penjual menghubungi maskapai pelayaran atau perusahaan angkutan lainnya untuk mengirimkan barang-barang ke tempat tujuan.
6. Pada waktu pembeli menerima kabar dari perusahaan pengangkutan bahwa barang telah datang, maka pihak pembeli harus membuatkan certificate of receipts atau konosemen yang harus diserahkan kepada bank pembayar dan penjual. Hal ini dilakukan setelah memeriksa kebenaran L/C dengan faktur atau barang yang dikirim oleh si pembeli.
7. Atas dasar konosemen penjual segera menghubungi bank pembayar dengan menunjukan dokumen L/C dan surat pengantar dokumen disertai denga wesel yang berfungsi sebagai penyerahan dokumen dan penagihan pembayaran kepada bank pembayar.
8. Bank pembayar setelah menerime dokumen dari penjual segera menghubungi bank pembuka L/C. Oleh bank pembuka L/C segera memberitahukan penerimaan dokumen dilampiri dengan perhitungan-perhitungannya kepada pembeli.
9. Pembeli menerima dokumen dari bank pembuka L/C
10. Pembeli segera melunasi seluruh kewajibannya atas jual beli tersebut kepada bank pembuka L/C.
11. Bank pembuka L/C memberi konfirmasi penerimaan dokumen dan sekaligus memberitahukan bahwa si pembeli telah membayar. Dengan demikian memberi ijin kepada bank pembayar untuk melakukan pembayaran kepada si penjual. Kemudian semua arsip disimpan.
12. Oleh bank pembayar akan dilakukan pembayaran dengan memperhatikan diskonto atau perhitungan wesel.
Kasus PT Damar Kristal Mas
PT Damar Kristal Mas atau PT DKM, bergerak dalam bidang usaha perdagangan barang serta ekspor dan impor. Didirikan 26 Juli 1985 sesuai Akta Notaris No.C2-2045.HT.01.01 Tahun 1986. Pemiliknya, Rudy Lukasanto dan Tio Hui Hiong yang menguasai saham masing-masing 50%. Pengurus PT DKM, Rudy Lukasanto sebagai direktur dan Ny. Tio Hui Hong sebagai komisaris.
PT DKM juga memperoleh perlakuan istimewa pada pengucuran fasilitas L/C dari Bank Century. L/C yang diberikan didasarkan kepada instruksi Robert Tantular (Pemegang Saham Bank Century) dan Hernanus Hasan Muslim (Dirut Bank Century) sesuai keterangan dari Pimpinan Kantor Pusat Operasional (KPO) Senayan yaitu Linda Wangsadinata.
Fasilitas Letter of Credit (L/C) yang diberikan kepada PT DKM antara lain, pertama, L/C No. 0518LC08B sebesar US$10 juta dengan jaminan (margin deposit) deposito US$1 juta (atau 10% dari plafon L/C). Fasilitas L/C tersebut untuk transaksi impor produksi jagung dari Grains and Industrial Products Trading PTE, Ltd. (Beneficiary) sesuai kontrak (Sales Contract) No. GRIP SQ6-2346-135 tanggal 8 Mei 2006. Bank penjamin (Negotiating Bank), Dresdner Bank Switzerland, Singapura dan bank koresponden, Dresdner Bank Switzerland, Jakarta.
Kedua, L/C No. 0527LC08B sebesar US$5 juta dengan jaminan (margin deposit) berupa deposito 10% dari plafon L/C. Fasilitas L/C tersebut untuk transaksi impor produksi jagung dari Bunge,S.A.,Geneva (namum pada dokumen beneficiary ini, Grains and Industrial Products Trading PTE, Ltd). (Beneficiary) sesuai kontrak (Sales Contract) No. GRIP S07 -3870-1228. Bank penjamin (Negotiating Bank) Dresdner Bank Switzerland , Singapore dan sedangkan bank koresponden adalah Dresdner Bank Switzerland, Jakarta.
Ketiga, L/C No. 0598LC08B sebesar US$6,5 juta dengan jaminan (margin deposit) berupa deposito sebesar 10% dari plafon L/C. Fasilitas L/C tersebut untuk transaksi impor dari Bunge S.A, Geneva (Beneficiary) sesuai kontrak (Sales Contract) No. BSA SG S08-5762-1130. Bank penjamin (Negotiating Bank) Credit Suisse, London , sedangkan bank koresponden Credit Suisse, London.
Pemberian fasilitas L/C ini juga tanpa analisa dan prosedur komprehensif. Khususnya, menyangkut kemampuan atau kondisi keuangan perusahaan. Meski begitu, L/C tersebut telah mendapat persetujuan dari Komite Kredit, baik Komite Kredit Cabang (Kabag Operasional dan Kepala Cabang), Komite Kredit Wilayah (Kakanwil) dan Komite Kredit Pusat yaitu direksi (Hermanus Hasan Muslim dan Hamidy) dan komisaris (Poerwanto Karris]adi dan Rusli Prakarsa). Selain itu Perjanjian Kredit telah ditandatangani secara bawah tangan, tanpa pengikatan jaminan.
Kondisi itu tak sesuai Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Pelaksanaan Kredit Bank Century No. 20/SK-DIR/Century/IV/2005 tanggal 21 April 2005.
Bank Century telah menempatkan jaminan (deposit) pada bank koresponden US$25 juta. Rinciannya, Dresdner Bank Switzerland Jakarta , US$15 juta dan Credit Suisse, London sebesar US$10 juta.
Jaminan (deposit) Bank Century kepada Dresdner Bank Switzerland, Jakarta dan Credit Suisse, London tersebut tidak sebanding dengan jaminan L/C yang diberikan debitur sebesar US$4.3 juta atau 20%. Jaminan diturunkan menjadi US$2.15 juta atau 10% tanpa persetujuan Direksi Bank Century.
Jaminan sembilan debitor lainnya yang mendapat fasilitas L/C dari Bank Century juga berkisar 5% - 20% dari plafon L/C.
Semula setoran margin deposit PT DKM, 20% dari nilai fasilitas L/C, deposito valas US$4.3 juta. kemudian diturunkan menjadi 10% atau US$2.15 juta.
Berdasarkan pemeriksaan dokumen, tidak ada surat permohonan perubahan jaminan maupun FPK. Selain itu, Persetujuan Perubahan Jaminan tak ditandatangani Dirut Bank Century (Hermanus Hasan Muslim) dan Wakil Dirut Bank Century (Hamidy), maupun Direktur PT DKM (Rudy Lukasanto).
Selain itu, Surat Kuasa No. 038/SK-DIR/X/08 juga tidak ditandatangani Dirut dan Wakil Dirut Bank Century. Begitu juga dengan Surat Persetujuan Komisaris No. 032/PERS-KOM/LG/X/08, tidak ditandatangani Komisaris ((Poerwanto Kamsjadi dan Rusli Prakarsa).
Realisasi penggunaan seluruh L/C itu US$21,499,993.86, jatuh tempo masing-masing 24 April 2009, dan 1 Juni 2009, serta 18 September 2009.
Saat jatuh tempo tiga L/C tersebut, PT DKM tidak mampu membayar kewajiban L/C, sehingga Bank Century melakukan eksekusi jaminan tersebut.
PT DKM mengaku tidak menggunakan L/C, tetapi hanya digunakan namanya oleh Robert Tantular dan Anton Tantular. Ini sesuai Surat Pernyataan Robert Tantular. PT DKM telah menunjuk pengacara, ND Solid untuk melaporkan kepada Bareskrim Polri menindaklanjuti masalah ini secara hukum.
Bank Century juga telah melakukan penyisihan (PPAP) atas ketiga L/C PT DKM tersebut, US$19.35 juta atau ekuivalen sebesar Rp230,915 miliar, posisi 31 Desember 2008. Pada akhirnya, ini membebani Penyertaan Modal Sementara (PMS) oleh LPS.
Berdasarkan kondisi tersebut, porsi PMS yang digunakan untuk menutup kerugian Bank Century dari fasilitas L/C PT DKM adalah sebesar Rp210,915 miliar. Yaitu penyisihan (PPAP) atas PT DKM sebesar US$19.35 juta atau ekuivalen sebesar Rp210,915 miliar.
Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), juga mencatat adanya pelanggaran PT DKM terhadap Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Pelaksanaan Kredit yang dikeluarkan Bank Century No.20/SK-DIR/Century/IV/2005 tanggal 21 April 2005. Terutama, tidak dibuatkan LRKU, dan tidak ada perjanjian kredit beserta pengikatan lainnya yang diperlukan.
Solusi :
Transaksi L/C tidak seharusnya ada yang mendapatkan perlakuan istimewa dalam memperoleh fasilitas L/C dari Bank century. Dan tidak semestinya ada campur tangan dari pemegang saham bank century tersebut. Seharusnya ada prosedur komprehensif Khususnya, menyangkut kemampuan atau kondisi keuangan perusahaan yang dijalankan oleh bank yang bersangkutan sesuai dengan Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Pelaksanaan Kredit Bank. Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), juga mencatat adanya pelanggaran PT CSA terhadap Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Pelaksanaan Kredit yang dikeluarkan Bank Century No.20/SK-DIR/Century/IV/2005 tanggal 21 April 2005. Pelanggaran itu, terkait dengan tidak dibuatnya LRKU dan tidak ada perjanjian kredit beserta pengikatan lainnya yang diperlukan. Selain itu, Surat Kuasa No. 038/SK-DIR/X/08 juga tidak ditandatangani Dirut dan Wakil Dirut Bank Century. Begitu juga dengan Surat Persetujuan Komisaris No. 032/PERS-KOM/LG/X/08, tidak ditandatangani Komisaris ((Poerwanto Kamsjadi dan Rusli Prakarsa). Saat jatuh tempo tiga L/C tersebut, PT DKM tidak mampu membayar kewajiban L/C, sehingga Bank Century melakukan eksekusi jaminan tersebut.
PT DAMAR KRISTAL MAS Mendapat fasilitas L/C:
1. Nomor 0518LC08B sebesar US$ 10 juta dengan jaminan deposito US$ 10 juta (10 persen dari fasilitas pinjaman L/C). L/C digunakan untuk transaksi impor produksi jagung dari Grains and Industrial Products Trading PTE, Ltd. Bank penjaminnya adalah Dresdner Bank Switzerland, Singapura, adapun bank korespondennya adalah Dresdner Bank Switzerland, Jakarta.
2. L/C No. 0527LC08B sebesar US$ 5 juta dengan jaminan deposito 10 persen dari plafon atau US$ 500 ribu. Fasilitas L/C digunakan untuk transaksi impor produksi jagung dari Bunge S. A., Jenewa, (pada dokumen beneficiary ini, Grains and Industrial Products Trading PTE, Ltd). Bank penjaminnya adalah Dresdner Bank Switzerland, Singapura, dan koresponden Dresdner Bank Switzerland, Jakarta.
3. L/C No. 0598LC08B sebesar US$ 6, 5 juta dengan jaminan deposito 10 persen dari plafon. L/C digunakan untuk transaksi impor dari Bunge S. A, Jenewa, dengan bank penjamin Credit Suisse, London, dan bank koresponden Credit Suisse, London. Pada saat jatuh tempo, Damar Kristal Mas tak bisa memenuhi kewajibannya sebesar US$ 19, 35 juta atau Rp 210, 9 miliar. Semua kerugian itu ditutup melalui penempatan modal sementara.
Nindy Chairunnisa (20208886)
Sumber Hukum Uniform Customs and Practice for Documentary Credits-500 (U.C.P.D.C.-500) 1993 Revision. Cara Pembayaran Ekspor-Impor yang paling aman adalah menggunakan Letter of Credit (L/C). L/C di sini dimaksudkan menjembatani perdagangan internasional atau antar negara dimana pembeli dan penjual belum saling mengenal baik, maka dengan media L/C resiko non payment dapat dialihkan ke bank yang terkait dalam proses L/C (Issuing bank, negotiating bank, conferming bank). L/C yang merupakan singkatan dari Letter of Credit, kadang disebut juga sebagai Credit khususnya dalam Uniform Customs and Practice (UCP). Disamping itu Documentary Credit juga dikenal sebagai istilah yang umumnya dipakai dalam konfirmasi L/C (lembaran L/C). Documentary Credit mengandung arti bahwa bank hanya bertanggung jawab sebatas dokumen dan tidak bertanggung jawab atas komoditi yang dikapalkan apakah sesuai degan yang tersurat dalam dokumen. Singkat kata petugas bank tidak berurusa dengan barang yang dikapalkan. L/C merupakan janji bayar dari Bank Pembuka kepada pihak Eksportir sepanjang mampu menyerahkan dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C. Bagi para nasabah importir, BCA menyediakan jasa layanan untuk penerbitan berbagai jenis L/C, mulai dari Sight L/C (atas unjuk), Usance L/C (berjangka), Red Clause L/C (pembayaran di muka), hingga Standby L/C. Penerbitan L/C dapat dilayani dalam 22 mata uang asing ke berbagai penjuru dunia di mana Anda bermitra bisnis. Suatu instrumen (dapat berupa telex, swift, surat) yang dikeluarkan oleh bank (bank penerbit L/C) atas permintaan nasabahnya (importir/ buyer/applicant) yang memberikan kuasa kepada penjual (eksportir/ seller/beneficiary) untuk menarik dengan sehelai wesel/draft sejumlah uang jika telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam instrumen tersebut.
Pengertian Letter Of Credit adalah letter of credit yang diterbitkan oleh bank dengan segala macam sifat dan jenisnya. Dalam transaksi jual beli antara eksportir dan importir, penggunaan L/C merupakan cara yang paling aman bagi eksportir maupun importir, karena adanya kepastian bahwa pembayaran akandilakukan apabila syarat L/C dipenuhi. Namun demikian cara pembayaran ini biayanya relatif lebih besar dibanding dengan cara pembayaran yang lain.
Atas L/C yang dibuka oleh importir, eksportir atau supplier di luar negeri diberi hak untuk menarik wesel sebesar nilai harga barang yang dikirimnya atas nama importir. Wesel ini beserta dokumen-dokumen pengapalan barangnya oleh eksportir disearahkan kepada bank koresponden yang menjadi penerima L/C untuk dimbilalih.
Pembayaran yang dilakukan atas dasar L/C tersebut berarti bank koresponden membayar lebih dahulu atas nama bank pembuka L/C sehingga tampaknya ada unsur kredit. Jangka waktu antara pembayaran yang dilakukan bank penerima L/C dengan pembayaran yang dilakukan oleh bank pembuka L/C dikenakan sekedar bunga. Karena pembayaran atas dasar L/C ini dilakukan berdasarkan dokumen pengapalan barang, maka L/C yang dibuka sering disebut documentary letter of credit, yakni pembayaran L/C yang dijamin dengan dokumen.
Pihak-Pihak Dalam Letter Of Kredit
Dalam suatu mekanisme L/C terlibat secara langsung beberapa pihak ialah:
a. Pembeli atau disebut juga buyer, importer
b. Penjual atau disebut juga seller atau exporter
c. Bank pembuka atau disebut juga opening bank, issuing bank
d. Bank penerus atau disebut juga advising bank
e. Bank pembayar atau paying bank
f. Bank pengaksep atau accepting bank
g. Bank penegosiasi atau negotiating bank
h. Bank penjamin atau confirming bank
Dalam keadaan yang sederhana suatu L/C menyangkut 3 pihak utama, ialah pembeli, penjual, dan bank pembuka.
Manfaat bagi nasabah :
- Nasabah (eksportir) mendapat jaminan pembayaran atas barang yang mereka ekspor, sedangkan bagi nasabah (importir) mendapat jaminan penerimaan barang yang mereka impor.
- Karyawan mempunyai alternatif lain dalam memanfaatkan dana yang dimiliki.
- Menghindari korespondensi yang berkali-kali.
Persyaratan yang harus dipenuhi :
L/C IMPOR
• Copy API (Angka Pengenal Importir).
• SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
• Copy KTP pejabat perusahaan.
• Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen impor.
• Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan L/C.
• Mengisi dan menandatangani formulir Penggunaan Fasilitas L/C Sight/Usance.
• Membuka rekening di Bank (untuk memudahkan pemotongan biaya-biaya yang timbul dalam proses L/C Impor).
SKBDN ( Surat Berdokumen Dalam Negeri)
- SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
- Copy KTP pejabat perusahaan.
- Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen SKBDN.
- Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan SKBDN.
- Membuka rekening di Bank.
LC EKSPOR
• SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
• Copy KTP pejabat perusahaan.
• Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen ekspor.
• Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pengoperan Wesel Ekspor.
• Menyerahkan L/C asli untuk negosiasi (jika L/C tidak melalui Bank Pelaksana Negosasi).
• Membuka rekening di Bank.
Kewajiban dan Tanggung Jawab Dalam L/C
Mengenai hal ikhwal yang menyangkut kewajiban dan tanggung jawab bank sebagai pihak yang berurusan dengan dokumen-dokumen, telah diatur secara lengkap yang garis besarnya dapat dikemukan sebagai berikut:
1. Bank wajib memeriksa semua dokumen dengan ketelitian yang wajar untuk memperoleh kepastian bahwa dokumen-dokumen itu secara formal telah sesuai dengan L/C.
2. Bank yang memberi kuasa kepada bank lain untuk membayar, membuat pernyataan tertulis pembayaran berjangka, mengaksep, atau menegosisi dokumen, maka bank yang memberi kuasa tersebut akan terikat untuk mereimburse.
3. Issuing bank setelah menerima dokumen dan menganggap tidak sesuai dengan L/C yang bersangkutan, harus menetapkan apakah akan menerima atau menolaknya.
4. Penolakan dokumen harus diberitahukan dengan telekomunikasi atau sarana tercepat dengan mencantumkan penyimpangan-penyimpangan yang ditemui dan minta penegasan status dokumen tersebut.
5. Issuing bank akan kehilangan hak menyangkut bahwa dokumen-dokumen itu tidak sesuai dengan syarat-syarat L/C.
6. Bila bank pengirim dokumenmenyatakan terdapat penyimpangan pada dokumen dan memberitahukan bahwa pembayaran, pengaksepan, atau penegosiasian dengan syarat atau berdasarkan indemnity telah dilakukannya.
7. Bank-bank dianggap tidak terikat kewajiban atau tanggung jawab mengenai:
- Bentuk, kecukupan, ketelitian, keaslian, pemalsuan atau keabsahan menurut hukum daripada tiap-tiap dokumen.
- Syarat-syarat khusus yang tertera dalam dokumen-dokumen atau yang ditambahakan padanya.
- Uraian, kwantitas, berat, kwalitas, kondisi, pengepakan, penyerahan, nilai atau adanya barang-barang.
- Itikad baik atau tindakan-tindakan dan atau kealpaan, kesanggupan membayar utang, pelaksanaan pekerjaan atau standing daripada si pengirim.
8. Bank-bank juga dianggap tidak terikat kewajiban atau tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena kelambatan dan atau hilang dalam pengiriman daripada berita-berita, surat-surat atau dokumen-dokumen.
9. Bank-bank tidak terikat kewajiban atau tanggung jawab sebagai akibat yang timbul karena terputusnya bisnis mereka disebabkan hal-hal di luar kekuasaanya.
10. Bila bank memperbunakan jasa-jasa bank lain dalam melaksanakan instruksi applicant, maka hal tersebut adalah atas beban dan resiko applicant
Jenis- Jenis L/C:
Bermacam-macam L/C yang diketemukan dalam dunia per L/C-an dimulai dari L/C yang dibatasi negosiasinya (restricted) sampai pada yang bebas negosiasinya (Freely Negotiable). Namun ada tiga jenis L/C yang paling lazim dijumpai dalam praktek yaitu dilihat dari saat pembayarannya :
1. Sight L/C
adalah L/C yang bilamana semua persyaratan dipenuhi, maka bank negosiasi paling lama dalam 7 hari kerja wajib melunasi/membayar nominal L/C kepada eksportir.
Dengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat diperlihatkan semua dokumen pengapalan (shipping Documents) yang lengkap tanpa penyimpangan (Disccrepancies) pada saat itulah pembayaran akan dilakukan oleh bank kepada eksportir. Oleh karena itu digolongkan sebagai L/C yang aman (Safety L/C).
2. Usance L/C
Berbeda dengan Sight L/C, maka Usance LC dimaksudkan bahwa pembayaran baru bisa dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh tempo yaitu sekian hari dari tanggal pengapalan / tanggal Bill of Lading, dengan demikian berarti eksportir memberi kredit kepada importir dimana barang dikirim terlebih dahulu, kemudian pembayaran dilakukan. Usance L/C dapat dilakukan kalau eksportir sudah percaya dengan importir.
3. Red Clause L/C
Jika Usance L/C dibayarkan kemudian hari oleh importir setelah barang-barang pesanan tiba, sebaliknya Red Clause L/C adalah terbalik dibanding dengan Usance L/C, yaitu pembayaran dilakukan oleh bank negosiasi kepada ekspotir sebelum barang dikapalkan. Dengan demikian importir memberi kredit kepada eksportir. Terlihat adanya Pre-Financing bagi eksportir.
4. Revolving L/C.
Bila L/C dengan jumlah US$ 200 sebagai nominal L/C pada saat di buka, namun shipment bisa dilakuikan sampai liam kali, maka dalam realisasinya, nominal L/C bertambah menjadi US$ 1,000. Ini diartikan sebagai revolving L/C. Hal ini untuk menghindari biaya pembukuan L/C yang tinggi. Sudah barang tentu dengan revolving L/C pengapalan sebagian (partial shipment) akan diperbolehkan.
5. Transferable L/C.
Andaikata pada saat L/C ingin direalisasi, ternyata adanya kesulitan teknis atau kurangnya kapasitas pruduksi, maka L/C tersebut terbuka kemungkinan dialihkan/ditransfer kepada pihak lain / beneficiary ke 2, sehingga yang mengapalkan barang tersebut adalah beneficiery ke 2, sehingga yang mengapalkan barang tersebut adalah beneficiary ke 2.
6. Standby L/C
Standby L/C adalah jenis L/C yang berlainan dengan L/C yang berlaku di dunia ekspor impor, karena L/C ini tidak menyangkut pembayaran ekspor impor, teapi hanya berfungsi sebagai jaminan bank/Bank Guarantee, yaitu untuk meng-backup bilamana terjadi wan-prestasi dari benficiary atau pihak yang hutang baik untuk pemborong atau pihak yang berhutang baik untuk penyelesaian bangunan gedung maupun utang lainnya.
7. Confirmed L/C
Adalah L/C yang pembayarannya dijamin oleh dua bank, yakni bank pembuat L/C dan bank penyampai L/C atau bank negosiasi, artinya L/C ekspor yang diterima oleh bank penyampai L/C tersebut di-backup / diconfirm kembali / dijamin kembali pembayarannya oleh bank penerima L/C, dengan demikian apabila terjadi kepailitan atau kerugian atas bank pembuka L/C, maka bank penyampai itulah yang akan menyelesaikan pembayaran L/C-nya semua persyaratan L/C dipenuhi.
8. Back to Back L/C
Sebenarnya L/C jenis ini adalah L/C yang dibuka berdasarkan L/C yang pertama (master L/C) yang nilai satuan barang dagangannya lebih tinggi yang diterima oleh Trader/perantara. Maka berdasarkan L/C tersebut dibukalah L/C yang baru atau L/C yang kedua, yang sering disebut dengan Back to Back L/C. Ciri khas dari L/C ini dapat dipantau dari pelabuhan tujuan/negara tujuannya. Bila L/C dibuka dari Singapura, pelabuhan tujuannya di Colombo.
Hal ini memberi indikasi bahwa barang tersebut bukanlah untuk kepentingan trader/pembuka L/C di Singapura, akan tetapi untuk pembeli yang sebenarnya yang berada di luar Singapura, sehingga dipakai Switch Bill of Lading untuk menghilangkan jejak eksportir di Indonesia.
9. Irrevocable L/C
Dilihat dari kemungkinan dibatalkannya L/C oleh pihak pembuka L/C dan bank pembuka, maka kita mengenal Irevocable L/C dan Revocable L/C. Yaitu L/C yang tidak dapat dibatalkan dab L/C yang dapat dibatalkan sepihak. UCP 500 menetapkan bila tidak dicantumkan kepastiannya, akan dianggap sebagai Irrevocable.
Prosedur Transaksi Letter Of Credit:
1. Pihak penjual dan pembeli mengadakan negosiasi jual beli barang hingga terjadi kesepakatan.
2. Pihak pembeli diharuskan membuka L/C dalam negeri pada suatu bank (bank pembuka L/C)
3. Setelah L/C DN dibuka, oleh bank pembuka L/C segera memberitahukan kepada bankpembayar bahwa L/C DN telah dibuka dan agar disampaikan kepada si penjual barang.
4. Penjual barang mendapat pemberitahuan dari bank pembayar bahwa pembeli telah membuka L/C barang dagangan sudah dapat segera dikirim. Disini penjual barang meneliti apakah L/C terjadi perubahan dari syarat yang telah disetujui semula.
5. Pihak penjual menghubungi maskapai pelayaran atau perusahaan angkutan lainnya untuk mengirimkan barang-barang ke tempat tujuan.
6. Pada waktu pembeli menerima kabar dari perusahaan pengangkutan bahwa barang telah datang, maka pihak pembeli harus membuatkan certificate of receipts atau konosemen yang harus diserahkan kepada bank pembayar dan penjual. Hal ini dilakukan setelah memeriksa kebenaran L/C dengan faktur atau barang yang dikirim oleh si pembeli.
7. Atas dasar konosemen penjual segera menghubungi bank pembayar dengan menunjukan dokumen L/C dan surat pengantar dokumen disertai denga wesel yang berfungsi sebagai penyerahan dokumen dan penagihan pembayaran kepada bank pembayar.
8. Bank pembayar setelah menerime dokumen dari penjual segera menghubungi bank pembuka L/C. Oleh bank pembuka L/C segera memberitahukan penerimaan dokumen dilampiri dengan perhitungan-perhitungannya kepada pembeli.
9. Pembeli menerima dokumen dari bank pembuka L/C
10. Pembeli segera melunasi seluruh kewajibannya atas jual beli tersebut kepada bank pembuka L/C.
11. Bank pembuka L/C memberi konfirmasi penerimaan dokumen dan sekaligus memberitahukan bahwa si pembeli telah membayar. Dengan demikian memberi ijin kepada bank pembayar untuk melakukan pembayaran kepada si penjual. Kemudian semua arsip disimpan.
12. Oleh bank pembayar akan dilakukan pembayaran dengan memperhatikan diskonto atau perhitungan wesel.
Kasus PT Damar Kristal Mas
PT Damar Kristal Mas atau PT DKM, bergerak dalam bidang usaha perdagangan barang serta ekspor dan impor. Didirikan 26 Juli 1985 sesuai Akta Notaris No.C2-2045.HT.01.01 Tahun 1986. Pemiliknya, Rudy Lukasanto dan Tio Hui Hiong yang menguasai saham masing-masing 50%. Pengurus PT DKM, Rudy Lukasanto sebagai direktur dan Ny. Tio Hui Hong sebagai komisaris.
PT DKM juga memperoleh perlakuan istimewa pada pengucuran fasilitas L/C dari Bank Century. L/C yang diberikan didasarkan kepada instruksi Robert Tantular (Pemegang Saham Bank Century) dan Hernanus Hasan Muslim (Dirut Bank Century) sesuai keterangan dari Pimpinan Kantor Pusat Operasional (KPO) Senayan yaitu Linda Wangsadinata.
Fasilitas Letter of Credit (L/C) yang diberikan kepada PT DKM antara lain, pertama, L/C No. 0518LC08B sebesar US$10 juta dengan jaminan (margin deposit) deposito US$1 juta (atau 10% dari plafon L/C). Fasilitas L/C tersebut untuk transaksi impor produksi jagung dari Grains and Industrial Products Trading PTE, Ltd. (Beneficiary) sesuai kontrak (Sales Contract) No. GRIP SQ6-2346-135 tanggal 8 Mei 2006. Bank penjamin (Negotiating Bank), Dresdner Bank Switzerland, Singapura dan bank koresponden, Dresdner Bank Switzerland, Jakarta.
Kedua, L/C No. 0527LC08B sebesar US$5 juta dengan jaminan (margin deposit) berupa deposito 10% dari plafon L/C. Fasilitas L/C tersebut untuk transaksi impor produksi jagung dari Bunge,S.A.,Geneva (namum pada dokumen beneficiary ini, Grains and Industrial Products Trading PTE, Ltd). (Beneficiary) sesuai kontrak (Sales Contract) No. GRIP S07 -3870-1228. Bank penjamin (Negotiating Bank) Dresdner Bank Switzerland , Singapore dan sedangkan bank koresponden adalah Dresdner Bank Switzerland, Jakarta.
Ketiga, L/C No. 0598LC08B sebesar US$6,5 juta dengan jaminan (margin deposit) berupa deposito sebesar 10% dari plafon L/C. Fasilitas L/C tersebut untuk transaksi impor dari Bunge S.A, Geneva (Beneficiary) sesuai kontrak (Sales Contract) No. BSA SG S08-5762-1130. Bank penjamin (Negotiating Bank) Credit Suisse, London , sedangkan bank koresponden Credit Suisse, London.
Pemberian fasilitas L/C ini juga tanpa analisa dan prosedur komprehensif. Khususnya, menyangkut kemampuan atau kondisi keuangan perusahaan. Meski begitu, L/C tersebut telah mendapat persetujuan dari Komite Kredit, baik Komite Kredit Cabang (Kabag Operasional dan Kepala Cabang), Komite Kredit Wilayah (Kakanwil) dan Komite Kredit Pusat yaitu direksi (Hermanus Hasan Muslim dan Hamidy) dan komisaris (Poerwanto Karris]adi dan Rusli Prakarsa). Selain itu Perjanjian Kredit telah ditandatangani secara bawah tangan, tanpa pengikatan jaminan.
Kondisi itu tak sesuai Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Pelaksanaan Kredit Bank Century No. 20/SK-DIR/Century/IV/2005 tanggal 21 April 2005.
Bank Century telah menempatkan jaminan (deposit) pada bank koresponden US$25 juta. Rinciannya, Dresdner Bank Switzerland Jakarta , US$15 juta dan Credit Suisse, London sebesar US$10 juta.
Jaminan (deposit) Bank Century kepada Dresdner Bank Switzerland, Jakarta dan Credit Suisse, London tersebut tidak sebanding dengan jaminan L/C yang diberikan debitur sebesar US$4.3 juta atau 20%. Jaminan diturunkan menjadi US$2.15 juta atau 10% tanpa persetujuan Direksi Bank Century.
Jaminan sembilan debitor lainnya yang mendapat fasilitas L/C dari Bank Century juga berkisar 5% - 20% dari plafon L/C.
Semula setoran margin deposit PT DKM, 20% dari nilai fasilitas L/C, deposito valas US$4.3 juta. kemudian diturunkan menjadi 10% atau US$2.15 juta.
Berdasarkan pemeriksaan dokumen, tidak ada surat permohonan perubahan jaminan maupun FPK. Selain itu, Persetujuan Perubahan Jaminan tak ditandatangani Dirut Bank Century (Hermanus Hasan Muslim) dan Wakil Dirut Bank Century (Hamidy), maupun Direktur PT DKM (Rudy Lukasanto).
Selain itu, Surat Kuasa No. 038/SK-DIR/X/08 juga tidak ditandatangani Dirut dan Wakil Dirut Bank Century. Begitu juga dengan Surat Persetujuan Komisaris No. 032/PERS-KOM/LG/X/08, tidak ditandatangani Komisaris ((Poerwanto Kamsjadi dan Rusli Prakarsa).
Realisasi penggunaan seluruh L/C itu US$21,499,993.86, jatuh tempo masing-masing 24 April 2009, dan 1 Juni 2009, serta 18 September 2009.
Saat jatuh tempo tiga L/C tersebut, PT DKM tidak mampu membayar kewajiban L/C, sehingga Bank Century melakukan eksekusi jaminan tersebut.
PT DKM mengaku tidak menggunakan L/C, tetapi hanya digunakan namanya oleh Robert Tantular dan Anton Tantular. Ini sesuai Surat Pernyataan Robert Tantular. PT DKM telah menunjuk pengacara, ND Solid untuk melaporkan kepada Bareskrim Polri menindaklanjuti masalah ini secara hukum.
Bank Century juga telah melakukan penyisihan (PPAP) atas ketiga L/C PT DKM tersebut, US$19.35 juta atau ekuivalen sebesar Rp230,915 miliar, posisi 31 Desember 2008. Pada akhirnya, ini membebani Penyertaan Modal Sementara (PMS) oleh LPS.
Berdasarkan kondisi tersebut, porsi PMS yang digunakan untuk menutup kerugian Bank Century dari fasilitas L/C PT DKM adalah sebesar Rp210,915 miliar. Yaitu penyisihan (PPAP) atas PT DKM sebesar US$19.35 juta atau ekuivalen sebesar Rp210,915 miliar.
Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), juga mencatat adanya pelanggaran PT DKM terhadap Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Pelaksanaan Kredit yang dikeluarkan Bank Century No.20/SK-DIR/Century/IV/2005 tanggal 21 April 2005. Terutama, tidak dibuatkan LRKU, dan tidak ada perjanjian kredit beserta pengikatan lainnya yang diperlukan.
Solusi :
Transaksi L/C tidak seharusnya ada yang mendapatkan perlakuan istimewa dalam memperoleh fasilitas L/C dari Bank century. Dan tidak semestinya ada campur tangan dari pemegang saham bank century tersebut. Seharusnya ada prosedur komprehensif Khususnya, menyangkut kemampuan atau kondisi keuangan perusahaan yang dijalankan oleh bank yang bersangkutan sesuai dengan Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Pelaksanaan Kredit Bank. Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), juga mencatat adanya pelanggaran PT CSA terhadap Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Pelaksanaan Kredit yang dikeluarkan Bank Century No.20/SK-DIR/Century/IV/2005 tanggal 21 April 2005. Pelanggaran itu, terkait dengan tidak dibuatnya LRKU dan tidak ada perjanjian kredit beserta pengikatan lainnya yang diperlukan. Selain itu, Surat Kuasa No. 038/SK-DIR/X/08 juga tidak ditandatangani Dirut dan Wakil Dirut Bank Century. Begitu juga dengan Surat Persetujuan Komisaris No. 032/PERS-KOM/LG/X/08, tidak ditandatangani Komisaris ((Poerwanto Kamsjadi dan Rusli Prakarsa). Saat jatuh tempo tiga L/C tersebut, PT DKM tidak mampu membayar kewajiban L/C, sehingga Bank Century melakukan eksekusi jaminan tersebut.
PT DAMAR KRISTAL MAS Mendapat fasilitas L/C:
1. Nomor 0518LC08B sebesar US$ 10 juta dengan jaminan deposito US$ 10 juta (10 persen dari fasilitas pinjaman L/C). L/C digunakan untuk transaksi impor produksi jagung dari Grains and Industrial Products Trading PTE, Ltd. Bank penjaminnya adalah Dresdner Bank Switzerland, Singapura, adapun bank korespondennya adalah Dresdner Bank Switzerland, Jakarta.
2. L/C No. 0527LC08B sebesar US$ 5 juta dengan jaminan deposito 10 persen dari plafon atau US$ 500 ribu. Fasilitas L/C digunakan untuk transaksi impor produksi jagung dari Bunge S. A., Jenewa, (pada dokumen beneficiary ini, Grains and Industrial Products Trading PTE, Ltd). Bank penjaminnya adalah Dresdner Bank Switzerland, Singapura, dan koresponden Dresdner Bank Switzerland, Jakarta.
3. L/C No. 0598LC08B sebesar US$ 6, 5 juta dengan jaminan deposito 10 persen dari plafon. L/C digunakan untuk transaksi impor dari Bunge S. A, Jenewa, dengan bank penjamin Credit Suisse, London, dan bank koresponden Credit Suisse, London. Pada saat jatuh tempo, Damar Kristal Mas tak bisa memenuhi kewajibannya sebesar US$ 19, 35 juta atau Rp 210, 9 miliar. Semua kerugian itu ditutup melalui penempatan modal sementara.
Nindy Chairunnisa (20208886)
Rabu, 14 Maret 2012
Tugas 1 Akuntansi Internasional (Kurs)
1. Nona Sasya mendapat kiriman uang dari pamannya yang bekerja di Amerika Serikat sebesar US$1.000 dan kiriman kakaknya yang bekerja di Jepang sebesar ¥5.000. Kurs jual US$1 = Rp7.200,00 dan ¥1 = Rp240,00; sedangkan kurs beli US$1 = Rp7.000,00 dan ¥1 = Rp250,00. Berapa rupiah uang yang akan diterima Nona Sasya?
Jawab :
Kurs Beli
Rp. 7.000 x $ 1.000 = Rp. 7.000.000
Rp. 250 x ¥5000 = Rp. 1.250.000
2. Jika Tuan Rudolfo memiliki uang rupiah sebesar Rp10.080.000,00, kemudian ia ingin menukarkannya dengan lima mata uang yang saudara pilih, berapa yang akan ia peroleh?
Jawab :
Kurs Jual
Brunei Dollar = Rp. 10.080.000 / 7.325,56 = $ 1.376,004019 BND
Canadian Dollar = Rp. 10.080.000 / 9.339,87 = $ 1.079,244144 CAD
Swiss Franc = Rp. 10.080.000 / 9.992,43 = $ 1.008,763634 CHF
British Pound = Rp. 10.080.000 / 14.491,37 = $ 695,5864076 GBP
Malaysian Ringgit = Rp. 10.080.000 / 3.041,15 = $ 3.314,53562 MYR
3. Tn. Michael akan pergi ke lima negara (Disesuaikan dengan pemilihan mata uang negara masing-masing individu). Ia mempunyai uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Hari ini ia datang ke bursa valas untuk menukarkan uangnya (rupiah). Pada saat itu kurs yang berlaku di bursa valas adalah sebagai berikut.
Kurs jual : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Kurs Beli : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Berapa yang diterima Tn. Michael dari bursa valas?
Jawab :
Kurs Jual
Brunei Dollar = Rp. 200.000.000 / $ 7.325,56 = $ 27.301,66704 BND
Canadian Dollar = Rp. 200.000.000 / $ 9.339,87 = $ 21.413,57428 CAD
Swiss Franc = Rp. 200.000.000 / $ 9.992,43 = $ 20.015,15147 CHF
British Pound = Rp. 200.000.000 / $ 14.491,37 = $ 13.801,31761 GBP
Malaysian Ringgit = Rp. 200.000.000 / $ 3.041,15 = $ 65.764,59563 MYR
4. Sepulang dari lima negara tersebut, Tn. Michael memiliki sisa uang sebanyak 1000 untuk masing-masing mata uang. Ia datang lagi ke bursa valas untuk menukarkan uang dolarnya dengan uang rupiah. Pada saat itu kurs yang berlaku di bursa sebagai berikut.
Kurs jual : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Kurs Beli : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Berapa rupiah Tn. Michael akan menerima hasil penukaran di bursa valas tersebut?
Jawab :
Kurs Beli
Brunei Dollar (BND) = 1000 x 7.246,87 = Rp. 7.246.870
Canadian Dollar (CAD) = 1000 x 9.243,13 = Rp. 9 243.130
Swiss Franc (CHF) = 1000 x 9.889,72 = Rp. 9.889.720
British Pound (GBP) = 1000 x 14.344,33 = Rp. 14.344.330
Malaysian Ringgit (MYR) = 1000 x 3.007,89 = Rp. 3.007.890
Kurs Transaksi Bank Indonesia
(14 maret 2012)
Mata uang Nilai Kurs jual Kurs beli
BND 1.00 7.325,56 7.246,87
CAD 1.00 9.339,87 9.243,13
CHF 1.00 9.992,43 9.889,72
GBP 1.00 14.491,37 14.344,33
MYR 1.00 3.041,15 3.007,89
Nindy Chairunnisa
20208886
Jawab :
Kurs Beli
Rp. 7.000 x $ 1.000 = Rp. 7.000.000
Rp. 250 x ¥5000 = Rp. 1.250.000
2. Jika Tuan Rudolfo memiliki uang rupiah sebesar Rp10.080.000,00, kemudian ia ingin menukarkannya dengan lima mata uang yang saudara pilih, berapa yang akan ia peroleh?
Jawab :
Kurs Jual
Brunei Dollar = Rp. 10.080.000 / 7.325,56 = $ 1.376,004019 BND
Canadian Dollar = Rp. 10.080.000 / 9.339,87 = $ 1.079,244144 CAD
Swiss Franc = Rp. 10.080.000 / 9.992,43 = $ 1.008,763634 CHF
British Pound = Rp. 10.080.000 / 14.491,37 = $ 695,5864076 GBP
Malaysian Ringgit = Rp. 10.080.000 / 3.041,15 = $ 3.314,53562 MYR
3. Tn. Michael akan pergi ke lima negara (Disesuaikan dengan pemilihan mata uang negara masing-masing individu). Ia mempunyai uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Hari ini ia datang ke bursa valas untuk menukarkan uangnya (rupiah). Pada saat itu kurs yang berlaku di bursa valas adalah sebagai berikut.
Kurs jual : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Kurs Beli : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Berapa yang diterima Tn. Michael dari bursa valas?
Jawab :
Kurs Jual
Brunei Dollar = Rp. 200.000.000 / $ 7.325,56 = $ 27.301,66704 BND
Canadian Dollar = Rp. 200.000.000 / $ 9.339,87 = $ 21.413,57428 CAD
Swiss Franc = Rp. 200.000.000 / $ 9.992,43 = $ 20.015,15147 CHF
British Pound = Rp. 200.000.000 / $ 14.491,37 = $ 13.801,31761 GBP
Malaysian Ringgit = Rp. 200.000.000 / $ 3.041,15 = $ 65.764,59563 MYR
4. Sepulang dari lima negara tersebut, Tn. Michael memiliki sisa uang sebanyak 1000 untuk masing-masing mata uang. Ia datang lagi ke bursa valas untuk menukarkan uang dolarnya dengan uang rupiah. Pada saat itu kurs yang berlaku di bursa sebagai berikut.
Kurs jual : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Kurs Beli : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Berapa rupiah Tn. Michael akan menerima hasil penukaran di bursa valas tersebut?
Jawab :
Kurs Beli
Brunei Dollar (BND) = 1000 x 7.246,87 = Rp. 7.246.870
Canadian Dollar (CAD) = 1000 x 9.243,13 = Rp. 9 243.130
Swiss Franc (CHF) = 1000 x 9.889,72 = Rp. 9.889.720
British Pound (GBP) = 1000 x 14.344,33 = Rp. 14.344.330
Malaysian Ringgit (MYR) = 1000 x 3.007,89 = Rp. 3.007.890
Kurs Transaksi Bank Indonesia
(14 maret 2012)
Mata uang Nilai Kurs jual Kurs beli
BND 1.00 7.325,56 7.246,87
CAD 1.00 9.339,87 9.243,13
CHF 1.00 9.992,43 9.889,72
GBP 1.00 14.491,37 14.344,33
MYR 1.00 3.041,15 3.007,89
Nindy Chairunnisa
20208886
Senin, 12 Maret 2012
Tulisan 1 Akuntansi Internasional (Artikel)
Akuntansi Internasional
Di era globalisasi yang sangat cepat dengan kemajuan tekhnologi, aktivitas pasar modal pun dituntut untuk setara dalam memberi kemampuan menghasilkan informasi. Akuntansi adalah hal yang di lihat dalam memainkan peran untuk menghasilkan informasi, yang berguna bagi pihak internal maupun pihak eksternal. Tujuan dari akuntansi adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk membuat keputusan ekonomi. Akuntansi memberikan seluruh kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memfasilitasi alokasi pemusatan sumber dana oleh pengguna. Jika informasi tersebut dapat di andalkan maka sumber daya yang terbatas dapat di alokasikan secara optimal dan efesien. Akuntansi Internasional mempunyai peran yang sangat kompleks, dimana ruang lingkup pelaporannya ialah perusahaan yang multinasional dengan operasi dan transaksi lintas Negara dengan kewajiban pelaporannya terhadap pengguna pelaporan di Negara lain.
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberi pedoman tentang akuntansi, yakini:
1. Pengukuran
Pengukuran atau penilaian adalah penentuan jumlah rupiah sebagai unit pengukur suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan.
2. Pengakuan
Pengakuan ialah suatu jumlah rupiah kedalam system akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan.
3. Penyajian
Pengungkapan berarti pembeberan hal-hal informative yang di anggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui laporan keuangan utama dan cara-cara penyampaiannya.
4. Pengauditan
Pengauditan ialah membahas prinsip, prosedur, dan teknik pengauditan laporan keuangan untuk memberi pendapat tentang kewajaran penyajian laporan keuangan.
Adapun alasan-alasan yang mempengaruhi perusahaan melakukan bisnis internasional adalah:
1. Memperluas pemasaran atau penjualan
Hal ini terjadi sebab mungkinsaja sebuah perusahaan mempunyai kapasitas produksi berlebih dan tidak ada lagi peluang memasarkan dan menjual produk di Negara tempat perusahaan tersebut berada.
2. Memperoleh akses bahan baku dan faktor-faktor produksi lain
Perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan agricultural harus mencari Negara dimana sumber daya alam atau iklim memungkinkan perusahaan tersebut menjalankan aktivitasnya.
3. Mendapatkan akses pengetahuan, khususnya teknologi
Akses teknologi sangat diperlukan karena dengan dikuasainya teknologi ini akan meningkatkan daya saing perusahaan dalam kompetisi di pasar global.
Beberapa cara yang bisa ditempuh oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis internasional adalah:
1. Ekspor dan impor
2. Kontrak manajemen
3. Pemakaian lisensi
4. investasi
SEJARAH AKUNTANSI INTERNASIONAL
Awalnya, Akuntansi dimulai dengan sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) di Italia pada abad ke 14 dan 15. Sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping), dianggap awal penciptaan akuntansi. Akuntansi moderen dimulai sejak double entry accounting ditemukan dan digunakan didalam kegiatan bisnis yaitu sistem pencatatan berganda (double entry bookkeeping) yang diperkenalkan oleh Luca Pacioli (th 1447). Luca Pacioli lahir di Italia tahun 1447, dia bukan akuntan tetapi pendeta yang ahli matematika, dan pengajar pada beberapa universitas terkemuka di Italia. Lucalah orang yang pertama sekali mempublikasikan prinsip-prinsip dasar double accounting system dalam bukunya berjudul : Summa the arithmetica geometria proportioni et proportionalita di tahun 1494. Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa prinsip dasar double accounting system bukanlah ide murni Luca namun dia hanya merangkum praktek akuntansi yang berlangsung pada saat itu dan mempublikasikannya. Hal ini diakui sendiri oleh Luca (Radebaugh, 1998) “Pacioli did not claim that his ideas were original, just that he was the one who was trying to organize and publish them. He objective was to publish a popular book that could be used by all, following the influence of the venetian businessmen rather than bankers”. Praktek bisnis dengan metode venetian yang menjadi acuan Luca menulis buku tersebut telah menjadi metode yang diadopsi tidak hanya di Italia namun hampir disemua negara eropah seperti Jerman, Belanda, Inggris.
Luca memperkenalkan 3 (tiga ) catatan penting yang harus dilakukan:
1. Buku Memorandum, adalah buku catatan mengenai seluruh informasi transaksi bisnis.
2. Jurnal, dimana transaksi yang informasinya telah disimpan dalam buku memorandum kemudian dicatat dalam jurnal.
3. Buku Besar, adalah suatu buku yang merangkum jurnal diatas. Buku besar merupakan centre of the accounting system (Raddebaugh, 1996).
Perkembangan sistem akuntansi ini didorong oleh pertumbuhan perdagangan internasional di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap transaksi komersial.
“ Pembukuan ala Italia “ kemudian beralih ke Jerman untuk membantu para pedagang zaman Fugger dan kelompok Hanseatik. Pada saat bersamaan filsuf bisnis Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan periodic dan pemerintah Perancis menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.
Tahun 1850-an double entry bookkeeping mencapai Kepulauan Inggris yang menyebabkan tumbuhnya masyarakat akuntansi dan profesi akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia dan Inggris tahun 1870-an. Praktik akuntansi Inggris menyebar ke seluruh Amerika Utara dan seluruh wilayah persemakmuran Inggris. Selain itu model akuntansi Belanda diekspor antara lain ke Indonesia, Sistem akuntansi Perancis di Polinesia dan wilayah-wilayah Afrika dibawah pemerintahan Perancis. Kerangka pelaporan sistem Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia, dan Kekaisaran Rusia.
Paruh Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi Amerika Serikat, kerumitan masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian Akuntansi diakui sebagai suatu disiplin ilmu akademik tersendiri. Setelah Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi semakin terasa di Dunia Barat. Bagi banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar dan praktik nasional yang melekat erat dengan hukum nasional dan aturan profesional.
SUDUT PANDANG KONTEMPORER
Terdapat sejumlah faktor tambahan yang menambah pentingnya mempelajari akuntansi internasional. Faktor-faktor ini tumbah dari pengurangan signifikan dan terus-menerus hambatan perdagangan dan pengendalian modal secara nasioanal yang terjadi seiring kemajuan teknologi informasi. Pengendalian nasional terhadap arus modal, valuta asing, investasi asing langsung dan transaksi terkait telah diliberalisasikan secara dramatis beberapa tahun terakhir, sehingga hambatan bisnis internasional berkurang. Kemajuaan teknologi informasi menyebabkan perubahan radikal dalam ekonomi produksi dan distribusi.
PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN OPERASI MULTINASIONAL
Bisnis internasional secara tradisional terkait dengan perdagangan luar negeri. Kegiatan ini yang berakar dari masa lampau, akan terus berlanjut. Isu akuntansi utama yang berhubungan dengan kegiatan ekspor dan impor adalah akuntansi untuk transaksi mata uang asing. Bisnis internasional saat ini semakin berhubungan dengan investasi asing langsung, yang meliputi pendirian sistem manufaktur atau distribusi dari luar negeri dengan membentuk afiliasi yang dimiliki seutuhnya, usaha patungan atau aliansi strategis. Operasi yang dilaksanakan diluar negeri membuat manager keuangan dan akuntan menghadapai resiko berupa semua jenis masalah yang tidak mereka hadapi ketika operasi perusahaan dilaksanakan didalam wilayah satu negara.
Prinsip pelaporan keuangan nasional dapat berbeda secara signifikan dari suatu negara ke negara lain karena prinsip-prinsip akuntansi tersebut dibentuk oleh lingkungan sosial ekonomi yang berbeda. Selain itu terdapat pilihan kurs nilai tukar yang digunakan untuk mengkonversi akun-akun luar negeri ke dalam satu mata uang pelaporan. Manajer keuangan dan akuntan juga harus memahami pengaruh kompleksitas lingkungan pengukuran akuntansi suatu perusahaan multinasional, memahami pengaruh perubahan nilai tukar dan tingkat inflasi merupakan hal penting, memiliki pengetahuan mengenai hukum pajak dan nilai mata uang untuk usaha yang beroperasi dilebih satu negara.
KOMPETISI GLOBAL
Faktor lain yang turut menyumbangkan semakin pentingnya akuntansi internasional adalah fenomena kompetisi global. Penentuan acuan ( benchmarking ), suatu tindakan untuk membandingkan kinerja satu pihak dengan suatu standar yang memadai bukan hal yang baru, tetapi standar perbandingan yang digunakan kini melampaui batas-batas nasional adalah sesuatu yang baru. Contoh pertanyaan yang relevan ”apakah saya menambah nilai banyak ke pelanggan saya dibandingkan dengan rekan yang berlokasi dinegara lain”.
MERGER DAN AKUISISI LINTAS BATAS
Merger umumnya diringkas dengan istilah sinergi operasi atau skala ekonomi, akuntansi memainkan peranan yang penting dalam mega konsolidasi ini karena angka-angka yang dihasilkan akuntansi bersifat mendasar dalam proses penilaian perusahaan. Perbedaan pengukuran nasional dapat memperumit proses penilaian perusahaan. Sebagai contoh, penialaian perusahaan sering kali didasarkan pada factor – factor berbasis harga ( price ), seperti rasio harga atas laba ( P/E ). Pendekatan disini adalah untuk menurunkan rata – rata factor P/E untuk perusahaan yang sebanding dalam industri dan penerapan factor ini atas laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang sedang dinilai untuk menghasilkan harga tawaran yang memadai.
Perhatian utama perusahaan yang akan melakukan akuisisi ketika sedang memberikan tawaran atas target akuisisi asing adalah sejauh apa factor E ( laba – earnings ) dalam ukuran P/E ini merupakan refleksi sesunguhnya dari variabel yang sedang diukur, bila dibandingkan dengan hasil dari perbedaan pengukuran akuntansi.
INOVASI KEUANGAN
Manejemen resiko telah menjadi istilah yang popular dalam lingkungan perusahaan dan manajemen. Dengan deregulasi pasar keuangan dan pengendalian modal yang terus dilakukan, vollatilitas dalam harga komoditas, valuta asing kredit dan ekuitas menjadi hal yang biasa saat ini. Berdasaran kondisi dunia saat ini manajer keuangan perlu menyadari resiko yang mereka hadapi, memutuskan risiko mana yang perlu dilindungi dan mengevaluasi hasil strategi manajemen risiko yang dijalankan. Meskipun kemajuan teknologi memungkinkan pergeseran risiko keuangan ke pihak lain, tetapi beban untuk mengukur risiko antar pihak tidak dapat dialihkan dan sekarang berada dipihak sekelompok besar pelaku pasar yang ada di negara lain.
INTERNASIONALISME PASAR MODAL
Faktor yang banyak menyumbang perhatian lebih terhadap akuntansi internasional dikalangan eksekutif perusahaan, investor, regulator pasar, pembuat standar akuntansi dan para pendidik ilmu bisnis adalah internasionalisasi pasar modal seluruh dunia. Federasi Pasar Modal Dunia ( World Federation of Exchanges ) melaporkan bahwa perusahaan domestik mencatatkan sahamnya meningkat di beberapa pasar dan menurun dibeberapa pasar lainya selama masa-masa dekade sekarang, yang sebagian disebabkan oleh merger dan akuisisi, yang juga berakibat pada penghapusan pencatatan saham ( delisting ) yang dilakukan beberapa perusahaan yang terkait. Tiga wilayah pasar ekuitas terbesar adalah, Amerika utara, Asia Pasifik, dan Eropa.
Amerika Utara
Ekonomi AS dan pasar sahamnya mengalamai pertumbuhan tanpa henti selama tahun 1990 pada tahun 2000, baik NYSE maupun Nasdaq mendominasi bursa efek lain diseluruh dunia dalam hal kapitalisasi pasar, nilai perdagangan saham domestik, nilai perdagangan saham asing, modal yang diperoleh perusahaan yang baru terdaftar, jumlah perusahaan domestik yang mencatatkan saham dan jumlah perusahaan asing yang mencatatkan sahamnya
Asia
Asia diperkirakan akan menjadi wilayah pasar ekuitas kedua terpenting. RRC (Republik Rakyat Cina) muncul sebagai perekonomian global utama dan negara-negara “ Macan Asia “ mengalami pertumbuhan dan pembangunan yang fenomenal. Beberapa krisis keuangan di Asia menunjukkan kerentanan dan ketidakmatangan perekonomian di Asia dan memperlambat pertumbuhan pasar modal di wilayah ini. Ditambah lagi pendapat dari kritikus mengenai lemahnya pengukuran akuntansi, pengungkapan dan standar auditing serta pengawasan dan penegakan implementasi standar tersebut. Namun demikian prospek pertumbuhan masa depan dalam pasar ekuitas Asia tampak kuat. Kapitalisasi pasar sebagai presentase dari produk domestik bruto (Gross Domestic Product-GDP) di Asia terbilang rendah dibandingkan di Amerika Serikat dan beberapa pasar utama Eropa, yang menunjukkan bahwa pasar ekuitas dapat memainkan peranan yang lebih besar di perekonomian Asia
Eropa Barat
Eropa adalah wilayah pasar ekuitas terbesar kedua di dunia dalam hal kapitalisasi pasar dan volume perdagangan. Perluasan ekonomi secara signifikan turut menyumbangkan pertumbuhan pasar ekuitas yang cepat selama paruh kedua tahun 1990-an. Faktor terkait di Eropa continental adalah perubahan perlahan menuju orientasi ekuitas yang sudah lama menjadi cirri-ciri pasar ekuitas London dan Amerika Utara.
PASAR EKUITAS EROPA
Pasar modal Eropa sedang mengalami perubahan besar dalam waktu singkat, sebagian dikarenakan globalisasi perekonomian dunia dan meningkatnya integrasi ekonomi di dalam Uni Eropa.
Budaya Ekuitas yang baru di Eropa Kontinental
Tumbuhnya budaya ekuitas di Eropa merupakan dasar untuk memperkirakan pertumbuhan kelanjutan di pasar ekuitas Eropa. Persaingan yang intensif di kalangan bursa efek Eropa memicu timbulnya perkembangan suatu budaya ekuitas, yang kemudian menjadi lebih berorientasi ke investor untuk meningkatkan kredibilitas dan menarik pencatatan saham baru. Banyak regulator efek dan bursa efek Eropa telah melaksanakan aturan pasar yang lebih ketat dan memperkuat upaya penegakan aturan. Meski demikian, persaingan ketat juga menyebabkan bursa efek dan regulator nasional untuk mempermudah aturan pencatatan saham dan memberikan pengecualian khusus bagi perusahaan penerbit saham. Meski selama tahun1990-an perusahaan di Eropa Kontinental telah memulai corporate governance untuk menarik modal baru dan minat investor, namun banyak perusahaan termasuk diantaranya perusahaan terbesar didunia, masih tertinggal jauh dari pengungkapan dan standar pencatatan saham yang ada di Inggris dan Amerika Utara.
Manfaat Akuntansi Internasional
Manfaat dari akuntansi internasional yaitu:
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local.
2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi.
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan dalam mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.
Perkembangan dan Klasifikasi Akuntansi Internasional
Akuntansi Internasional adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan prinsip akuntansi antarnegara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya. Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis.
Berikut ini karakteristik era ekonomi global:
1. Bisnis internasional
2. Hilangnya batasan-batasan antar Negara era ekonomi global sering sulit untuk mengindentifikasi Negara asal suatu produk atau perusahaan, hal ini terjadi pada perusahaan multinasional
3. Ketergantungan pada perdagangan internasional
Ada 8 (delapan) factor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi internasional:
1. Sumber pendanaan
Di Negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat, akuntansi memiliki focus atas seberapa baik manajemen menjalankan perusahaan (profitabilitas), dan dirancang untuk membantu investor menganalisis arus kas masa depan dan resiko terkait. Sebaliknya, dalam system berbasis kredit di mana bank merupakan sumber utama pendanaan, akuntansi memiliki focus atas perlindungan kreditor melalui pengukuran akuntansi yang konservatif.
2. Sistem Hukum
Dunia barat memiliki dua orientasi dasar: hukum kode (sipil) dan hukum umum (kasus). Dalam Negara-negara hukum kode, hukum merupakan satu kelompok lengkap yang mencakup ketentuan dan prosedur sehingga aturan akuntansi digabungkan dalam hukum nasional dan cenderung sangat lengkap. Sebaliknya, hukum umum berkembang atas dasar kasus per kasus tanpa adanya usaha untuk mencakup seluruh kasus dalam kode yang lengkap.
3. Perpajakan
Di kebanyakan Negara, peraturan pajak secara efektif menentukan standar karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun mereka untuk mengklaimnya untuk keperluan pajak. Ketka akuntansi keuangan dan pajak terpisah, kadang-kadang aturan pajak mengharuskan penerapan prinsip akuntansi tertentu.
4. Ikatan Politik dan Ekonomi
5. Inflasi
Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya histories dan mempengaruhi kecenderungan (tendensi) suatu Negara untuk menerapkan perubahan terhadap akun-akun perusahaan.
6. Tingkat Perkembangan Ekonomi
Faktor ini mempengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan dalam suatu perekonomian dan menentukan manakah yang paling utama.
7. Tingkat Pendidikan
Standard praktik akuntansi yang sangat rumit akan menjadi tidak berguna jika disalahartikan dan disalahgunakan. Pengungkapan mengenai resiko efek derivative tidak akan informative kecuali jika dibaca oleh pihak yang berkompeten.
8. Budaya
Empat dimensi budaya nasional, menurut Hofstede: individualisme, jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, maskulinitas.
Dimensi Nilai Akuntansi yang Mempengaruhi Praktek Akuntansi:
1. Profesionalisme versus control wajib preferensi terhadap pelaksanaan perimbangan professional individu dan regulasi sendiri kalangan professional dibandingkan terhadap kepatuhan dengan ketentuan hokum yang telah ditentukan.
2. Keseragaman versus fleksibilitas preferensi terhadap keseragaman dan konsistensi dibandingkan fleksibilitas dalam bereaksi terhadap suatu keadaan tertentu.
3. Konservatisme versus optimism.
4. Kerahasiaan versus transparansi preferensi atas kerahasiaan dan pembatasan informasi usaha menurut dasar kebutuhan untuk tahu dibandingkan dengan kesediaan untuk mengungkapkan informasi terhadap public.
Alasan-alasan perusahaan Go Internasional:
1. Theory pf comparative advantage
2. Imperfect market theory
3. Product cycle theory
4. Transfer technology and Strategic Alliance
Tantangan bagi profesi akuntan dalam pengembangan akuntansi:
1. Skill dan kompetensi yang dimiliki.
2. Memahami Cross Functional Linkages, akuntan tidak hanya cukup mahir dalam teknik, prosedur dan standar akuntansi tetapi juga harus biasa memandang bisnis sebagai suatu bentuk terintegrasi. Seperti : kualitas produk, fleksibilitas produksi dan kemampuan untuk memproduksi dan mengekspor dengan cepat agar bias memenangkan persaingan global.
3. Analisis keuangan dan perbandingannya.
KLASIFIKASI AKUNTANSI INTERNASIONAL
Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara: Dengan pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi dan pengalaman. Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistic untuk mengumpulkan data prinsip dan praktek akuntansi seluruh dunia.
Ada 4 (empat) pendekatan terhadap perkembangan akuntansi:
1. Berdasarkan pendekatan makroekonomi, praktek akuntansi didapatkan dari dan dirancang untuk meningkatkan tujuan makroekonomi nasional.
2. Berdasarkan pendekatan mikroekonomi, akuntansi bekembang dari prinsip-prinsip mikroekonomi. Tujuannya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki tujuan untuk bertahan hidup.
3. Berdasarkan pendekatan independent, akuntansi berasal dari praktek bisnis dan berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dan pertimbangan, coba-coba, dan kesalahan. Akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa yang konsep dan prinsipnya diambil dari proses bisnis yang dijalankan dan bukan dari cabang keilmuan seperti ekonomi.
4. Berdasarkan pendekatan yang seragam, akuntansi distandariasi dan digunakan sebagai alat untuk kendali administrasi oleh pemerintah pusat. Keseragaman dalam pengukuran, pengungkapan, dan penyajian akan memudahkan perancang pemerintah, otoritas pajak, dan bahkan manajer untuk menggunakan informasi akuntansi dalam mengendalikan seluruh jenis bisnis.
Akuntansi juga dapat diklasifikasikan dengan system hokum suatu Negara. (1) Akuntansi dalam negara-negara hukum umum memiliki karakter berorientasi terhadap penyajian wajar, transparansi, dan pengungkapan penuh dan pemisahan antara akuntansi keuangan dan pajak. Pasar saham mendominasi sumber-sumber keuangan dan pelaporan keuangan ditunjukkan untuk kebutuhan infrmasi investor luar. Akuntansi hukum umum disebut sebagai Anglo Saxon. (2) Akuntansi dalam Negara-negara hukum kode memiliki karakteristik beorientasi legalistic, tidak membiarkan pengungkapan dalam jumlah kurang, dan kesesuaian antara ankuntansi keuangan dan pajak. Bank atau pemerintah mendominasi ksumber keuangan dan pelaporan keuangan dan pelaporan keuangan ditujukan untuk perlindungan kreditor. Akuntansi ini disebut juga continental. Pemberian karakter akuntansi memparalelkan hal yang disebut sebagai model pemegang saham dan pihak berkepentingan tata kelila perusahaan dalan Negara hukum umum dan hukum kode.
Banyak perbedaan akuntansi di tingkat nasional menjadi semakin hilang. Terdapat beberapa alasan untuk hal ini (1) Ratusan perusahaan saat ini mencatat sahamnya pada bursa efek di luar Negara asal mereka, (2) Beberapa Negara hukum kode, secara khusus Jerman dan Jepang mengalihkan tanggung jawab pembentukan standar akuntansi dari pemerintah kepada kelompok sector swasta yang professional dan independent, (3) Pentingnya pasar saham sebagai sumber pendanaan semakin tumbuh di seluruh dunia.
Klasifikasi yang didasarkan padada penyajian wajar versus kepatuhan hukum menimbulkan pengaruh yang besar terhadap banyak permasalahan akuntansi, seperti (1) depresiasi, di mana beban ditentukan berdasarkan penurunan kegunaan suatu aktiva selama masa manfaat ekonomi (penyajian wajar) atau jumlah yang diperbolehkan untuk tujuan pajak (kepatuhan hukum), (2) sewa guna usaha yang memiliki substansi pembelian aktiva tetap diperlakukan seperti itu (penyajian wajar) atau diperlakukan seperti sewa guna usaha operasi yang biasa (kepatuhan hukum), (3) pension dengan biaya yang diakrual pada saat dihasilkan oleh karyawan (penyajian wajar) atau dibebankan menurut dasar dibayar pada saat berhenti kerja (kepatuhan hukum).
Masalah lain adalah penggunaan cadangan diskrit untuk meratakan laba dari satu periode ke periode yang lain. Penyajian wajar dan substansi mengungguli bentuk (substance over form) merupakan cii utama akuntansi hukum umum. Akuntansi kepatuhan hukum drancang untuk memenuhi ketentuan yang dikenankan pemerintah seperti perhitungan laba kena pajak atau memenuhi rencana makroekonomi pemerintah nasional. Pengukuran yang konservatif mamastikan bahwa jumlah yang hati-hati dibagikan. Akuntansi kepatuhan hukum akan terus digunakan dalam laporan keuangan perusahaan secara individu yang ada di Negara-negara hukum kode di mana laporan konsolidasi menerapkan pelaporan dengan penyajian wajar. Dengan cara ini, laporan konsolidasi dapat memberikan informasi kepada investor sedangkan laporan perusahaan individual untuk memenuhi ketentuan hukum.
AKUNTANSI INTERNASIONAL UNTUK PERUBAHAN HARGA
PENGARUH INFLASI TERHADAP PERUSAHAAN
Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja preusan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan operacional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli. Dengan kata lain, bertanggungjawaban keuangan atas kepemilikan juga akan mengalami penurunan nilai karena perusahaan bisnis akan membayar obligasinya di masa yang akan datang dengan uang tunai yang sudah kehilangan nilai daya beli. Yang menjadi peringatan disini adalah pertanggungjawaban keuangan, seperti pinjaman / suku bunga bank jangka pendek dan jangka panjang, sering mengakibatkan minat untuk meningkatkan tarif yang sangat tinggi dalam inflasi ekonomi.
Dampak inflasi pada aktiva non moneter digambarkan dalam laporan laba rugi dan neraca. Selama periode harga yang meningkat, pendapatan penjualan saat ini dibandingkan dengan persediaan yang mungkin telah dibeli beberapa bulan sebelumnya dan terhadap penyusunan properti bangunan dan peralatan berdasarkan harga perolehan yang mungkin telah dibeli beberapa tahun lalu, meskipun faktanya bahwa menempatkan persediaan dan aktiva tetap menjadi lebih mahal. Dampak terhadap laporan laba rugi dan neraca ini bisa membuat perusahaan masuk ke dalam masalah likuiditas. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari perbandingan biaya lama dengan keuntungan yang baru dapat mengarah pada permintaan dari pemegang saham untuk meningkatkan deviden dan untuk karyawan – karyawan dengan gaji yang lebih tinggi, meskipun perusahaan melihat kasnya berkurang. Oleh karena itu, diperkenalkan sistem akuntansi untuk inflasi yaitu General Purchasing Power Accounting dan Current Value Accounting.
AKUNTANSI DAYA BELI UMUM DAN PENDEKATAN ARUS NILAI SEKARANG
Akuntansi Daya Beli Umum (General Purchasing Power Accounting) Filosofi utama mengenai akuntansi daya beli umum adalah untuk melaporkan aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya – biaya dalam unit moneter dengan daya beli yang sama. Pendekatannya disini adalah bahwa unit ukuran moneter harus diseragamkan sementara mempertahankan dasar ukuran yang digunakan dalam laporan keuangan (contohnya : biaya historis) Di banyak Negara, laporan keuangan disiapkan dalam biaya histories yang berdasarkan mata uang. Ini berarti bahwa laporan – laporannya tidak tidak mengalami perubahan sesuai tingkat harga umum. Dibawah akuntansi daya beli umum, hal – hal non finansial dalam laporan keuangan (inventaris, modal tetap, dan peralatan) ditetapkan kembali untuk mencerminkan daya beli umum, biasanya pada akhir neraca saldo. Akuntansi daya beli umum harus diterapkan pada aktiva dan kewajiban keuangan dengan baik. Kas, contohnya kerugian daya beli selama periode inflasi karena kas ini tidak bias membeli sebanyak pada akhir periode seperti yang dilakukan di awal periode. Keuntungan debitur selama inflasi, karena mereka dapat membayar hutang mereka pada akhir periode dengan uang tunai yang telah menurun daya belinya. Laporan akuntansi daya beli umum akan menggambarkan kerugian atau keuntungan dalam penyesuaian pos – pos moneter yang terpisah. Masalah lebih lanjut adalah mengenai sifat indeks yang digunakan untuk membuat penyesuaian akuntansi daya beli umum. Dimana sebelumnya, indeks harga konsumen merupakan salah satu hal yang paling banyak digunakan secara luas di dunia untuk mengukur inflasi. Indeks ini akan mengukur perubahan – perubahan harga dalam kisaran barang – barang dan jasa pelanggan yang dibeli untuk konsumsi akhir. Karena indeks ini berorientasi konsumen, indeks ini tidak perlu merefleksikan perubahan – perubahan harga yang secara langsung mempengaruhi perusahaan. Akuntansi Arus Nilai Saat Ini (Current Value Accounting) Akuntansi Arus Nilai Saat Ini (Current Value Accounting) adalah hal yang berkaitan dengan peningkatan atau penurunan biaya atau nilai aktiva tertentu, bukan mengenai menurunnya daya beli mata uang.
Ada dua pendekatan utama dalam akuntansi nilai sekarang, yaitu :
• Biaya Pengganti (Current Cost / Replacement Cost) yang banyak digunakan dalam aktiva non moneter yaitu aktiva dinilai pada apa yang telah dikorbankan dengan apa yang akan menggantikannya.
• Biaya Penjualan (Current Exit Price/ Selling Price/Net Realizable Value) yaitu menilai aktiva pada tingkat harga penjualan dikurangi biaya pelengkap penjualan.
Akuntansi arus nilai sekarang berakibat pada keuntungan atas kepemilikan dan kerugian saat aktiva non moneter dinilai kembali. Akuntansi arus nilai sekarang jelas lebih kompleks karena akuntansi ini membutuhkan gabungan antara harga sebenarnya, perkiraan, penaksiran nilai dan kelompok aktiva yang homogen.
Current Value: GPP Accounting
Meskipun kita telah membicarakan GPP dan CVA secara terpisah, banyak akuntan dan ekonom percaya bahwa keduanya ini sebaiknya digabungkan dalam sistem akuntansi nilai nyata (real value accounting system). Penting sekali untuk mengingat bahwa perubahan-perubahan pada tingkat harga umu akan cenderung berbeda dari perubahan harga khusus yang relevan dengan perusahaan.
IASB TERHADAP AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Reaksi pertama IASC (sekarang IASB) pada akuntansi inflasi muncul pada tahun 1977 di IAS 6, yaitu Respon Akuntansi pada Perubahan Harga. Pada poin tersebut, tidak ada standar definitif baik itu di Amerika Serikat atau di Inggris, dan ada ketidaktpastian seperti bagaimana masalah akuntansi inflasi dapat diselesaikan di dua negara tersebut. Standar inflasi yang lebih definitif tidak muncul, ingá sampai pada tahun 1981 dengan keluarnya IAS 15, yaitu Refleksi Informasi Dampak Perubahan Harga, yang menggantikan IAS 6. Pada saat itu, FASB telah mengeluarkan SFAS 33 mengenai Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga.
Tipe-tipe utama informasi berikut ini merefleksikan dampak-dampak perubahan harga yang direkomendasikan untuk pengungkapan oleh IAS 15 sebagai berikut:
1. Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian penyusutan properti, bangunan, dan peralatan.
2. Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian dari harga pokok penjualan.
3. Penyesuaian yang berkaitan dengan pos-pos keuangan, dampak peminjaman, atau bunga kepemilikan ketika penyesuaian ini telah dimasukkan ke dalam akun dalam menentukan pendapatan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
4. Dampak keseluruhan dari hasil (pendapatan) dari penyesuaian sebagaimana pada pos-pos lainnya yang merefleksikan dampak perubahan harga yang dilaporkan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
5. Ketika metode biaya sekarang diadopsi, biaya sekarng property, bangunan, dan perlatan serta persediaan.
6. Metode yang diadopsi untuk menghitung informasi yang disebut dalam pos-pos sebelumnya, termasuk sifat dari indeks yang digunakan.
IAS 15 penting karena IAS 15 mengenali kebutuhan informasi untuk diungkapkan,mengenai dampak perubahan harga & inflasi dan memberikan pedoman khusus yang dapat diikuti oleh berbagai perusahaan untuk memperbaiki kualitas pengungkapan. Fakta bahwa adanya informasi pokok dari satu negara ke negara lainnya bisa berbeda, tentu saja ini menjadi masalah, tetapi profesi akuntansi jelas tidak bisa disesuaikan dengan solusi dunia.
Perkembangan sistem akuntansi untuk inflasi di Inggris, Amerika Serikat dan Benua Eropa.
• Inggris. Profesi akuntansi memperkenalkan SSAP 16 (Statement of Standard Accounting Practice – 16), mengenai “Akuntansi Biaya Sekarang” pada tahun 1980,dimana kebutuhan laporan keuangan akuntansi biaya sekarang baik itu sebagai laporan tambahan maupun sebagai laporan utama. Dengan ketentuan bahwa laporan biaya historis juga harus bisa disediakan. Walaupun begitu, SSAP 16 secara resmi ditarik pada tahun 1988 mengikuti penolakan tingkat inflasi dan kecaman dari bisnis. Pada saat yang sama, banyak perusahaan mengevaluasi kembali secara periodik terhadap tanah dan bangunan mereka pada nilai pasar (memperkirakan keluaran atau harga jual).
• Amerika Serikat. Regulasinya pertama kali diperkenalkan dengan sah yang ditentukan oleh SEC tahun 1976 (Rilis Seri Akuntansi 1990) untuk mengungkap penggantian informasi biaya yang berkaitan dengan penyusutan, harga pokok penjualan, aktiva tetap, dan persediaan. Selanjutnya, tahun 1979, FASB mengeluarkan SFAS No 33 (Statement of Financial Accounting Standard – 33) yang berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”.
• Benua Eropa. Ada lebih sedikit antusiasme untuk pengenalan sistem akuntansi untuk inflasi, meskipun telah ada rekomendasi resmi pada subjeknya. Contohnya, di Perancis dan Jerman. Di Perancis pada kahir tahun 1970 ketika evaluasi kembali dilakukan dengan menggunakan indeks pemerintah dibutuhkan untuk semua aktiva jangka panjang dan aktiva tetap. Evaluasi kembali ini tidak memiliki dampak pada pendapatan kena pajak, seperti pada penyusutan tambahan. Di Swedia, tidak ada kebutuhan – kebutuhan akan akuntansi inflasi, tetapi beberapa pengungkapan sukarela khusus telah dibuat.
Perkembangan Sistem Akuntansi di Amerika Selatan
• Di Brazil, akuntansi untuk inflasi digunakan pada awal tahun 1950, tetapi hukum perusahaan yang baru tahun 1976 melakukan penyesuaian, yaitu perusahaan menyajikan ulang akun – akun aktiva tetap dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indek harga yang diakui oleh pemerintah untuk mengukur devaluasi mata uang lokal.
• Di Argentina, sistem akuntansi untuk inflasi diperkenalkan terutama lewat prakarsa dan keterlibatan profesi akuntansi. Tahun 1972, sebuah pernyataan dikeluarkan yang menganjurkan publikasi laporan keuangan GPP tambahan. Akuntansi arus nilai sekarang di Belanda.
• Di Belanda, orang-orang telah mengetahui akuntansi nilai sekarang sejak lama.
Pendidikan yang ekstensif bagi para akuntan dalam ekonomi bisnis menghasilkan filosofi akuntansi yang difokuskan dengan nilai dan biaya sekarang dan dengan prinsip dan praktek ekonomi bisnis. Walaupun tidak diperlukan persyaratan untuk menggunakan akuntansi nilai sekarang, sebagai informasi utama atau tambahan, terdapat beberapa faktor pendukung untuk memakainya. Nilai sekarang ditentukan oleh departemen penjualan untuk aktiva tetap (baik tersendiri atau dalam kelompok sejenis), oleh departemen produksi untuk sejumlah peralatan desain khusus, dan oleh desain bangunan dan gedung departemen produksi untuk bangunan. Pada kasus persediaan, indeks biasanya digunakan untuk memperbaharui nilai sekarang dari kelompok aktiva sejenis. Penambahan (atau pengurangan) dalam nilai persediaan dan aktiva tetap untuk perubahan harga tertentu dikredit (didebit) ke akun surplus revaluasi pada neraca dibandingkan ke laporan laba rugi. Akibat perubahan nilai sekarang ini ditunjukkan dalam laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan yang lebih tinggi atau lebih rendah (sebagai hasil penambahan atau pengurangan dalam harga persediaan) dan biaya depresiasi yang lebih tinggi atau lebih rendah.
PROSPEK PERKEMBANGAN AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Signifikansi keberadaan tingkat inflasi dan perubahan harga di beberapa negara mengesankan bahwa kebutuhan dan penggunaan sistem akuntansi inflasi tampaknya menyisakan sejumlah kontroversi dalam pendugaan masa depan. Meskipun akuntansi daya beli umum telah digunakan di beberapa negara Amerika Latin yang berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat pada tingkat nasional yang menyelamatkan kemusnahan penelitian akuntansi inflasi pada tahun 1980-an. Namun beberapa perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela. Kontroversi, hal ini masih meliputi banyak aspek akuntansi nilai sekarang, khususnya dengan perubahan perlengkapan dan pemeliharaan keuntungan dan kerugian pos–pos moneter. Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan dari luar negeri dan verifikasi nilai sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan teknologi dengan cepat. Pemberian perhatian baru-baru ini pada akuntansi nilai sekarang atau nilai wajar, diharapkan akan menjadi sejumlah percobaan masa depan dengan berbagai jenis perubahan sistem akuntansi harga. Selain itu, mungkin juga menjadi pertumbuhan apresiasi keadaan dimana pendekatan alternatif mungkin atau tidak mungkin atau berguna dalam mengukurlaba dan asset. Kegunaan dari harga jual atau harga keluar dalam konteks perubahan harga, terutama dengan memperhatikan nilai properti atau investasi, juga akan diapresiasikan dengan lebih baik. Selain itu, menjadi tanggung jawab untuk menggunakan sumberinformasi relevan lainnya seperti arus kas.
Nindy Chairunnisa
20208886
Softskill
Di era globalisasi yang sangat cepat dengan kemajuan tekhnologi, aktivitas pasar modal pun dituntut untuk setara dalam memberi kemampuan menghasilkan informasi. Akuntansi adalah hal yang di lihat dalam memainkan peran untuk menghasilkan informasi, yang berguna bagi pihak internal maupun pihak eksternal. Tujuan dari akuntansi adalah menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk membuat keputusan ekonomi. Akuntansi memberikan seluruh kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memfasilitasi alokasi pemusatan sumber dana oleh pengguna. Jika informasi tersebut dapat di andalkan maka sumber daya yang terbatas dapat di alokasikan secara optimal dan efesien. Akuntansi Internasional mempunyai peran yang sangat kompleks, dimana ruang lingkup pelaporannya ialah perusahaan yang multinasional dengan operasi dan transaksi lintas Negara dengan kewajiban pelaporannya terhadap pengguna pelaporan di Negara lain.
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberi pedoman tentang akuntansi, yakini:
1. Pengukuran
Pengukuran atau penilaian adalah penentuan jumlah rupiah sebagai unit pengukur suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan.
2. Pengakuan
Pengakuan ialah suatu jumlah rupiah kedalam system akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan.
3. Penyajian
Pengungkapan berarti pembeberan hal-hal informative yang di anggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui laporan keuangan utama dan cara-cara penyampaiannya.
4. Pengauditan
Pengauditan ialah membahas prinsip, prosedur, dan teknik pengauditan laporan keuangan untuk memberi pendapat tentang kewajaran penyajian laporan keuangan.
Adapun alasan-alasan yang mempengaruhi perusahaan melakukan bisnis internasional adalah:
1. Memperluas pemasaran atau penjualan
Hal ini terjadi sebab mungkinsaja sebuah perusahaan mempunyai kapasitas produksi berlebih dan tidak ada lagi peluang memasarkan dan menjual produk di Negara tempat perusahaan tersebut berada.
2. Memperoleh akses bahan baku dan faktor-faktor produksi lain
Perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan agricultural harus mencari Negara dimana sumber daya alam atau iklim memungkinkan perusahaan tersebut menjalankan aktivitasnya.
3. Mendapatkan akses pengetahuan, khususnya teknologi
Akses teknologi sangat diperlukan karena dengan dikuasainya teknologi ini akan meningkatkan daya saing perusahaan dalam kompetisi di pasar global.
Beberapa cara yang bisa ditempuh oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis internasional adalah:
1. Ekspor dan impor
2. Kontrak manajemen
3. Pemakaian lisensi
4. investasi
SEJARAH AKUNTANSI INTERNASIONAL
Awalnya, Akuntansi dimulai dengan sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) di Italia pada abad ke 14 dan 15. Sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping), dianggap awal penciptaan akuntansi. Akuntansi moderen dimulai sejak double entry accounting ditemukan dan digunakan didalam kegiatan bisnis yaitu sistem pencatatan berganda (double entry bookkeeping) yang diperkenalkan oleh Luca Pacioli (th 1447). Luca Pacioli lahir di Italia tahun 1447, dia bukan akuntan tetapi pendeta yang ahli matematika, dan pengajar pada beberapa universitas terkemuka di Italia. Lucalah orang yang pertama sekali mempublikasikan prinsip-prinsip dasar double accounting system dalam bukunya berjudul : Summa the arithmetica geometria proportioni et proportionalita di tahun 1494. Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa prinsip dasar double accounting system bukanlah ide murni Luca namun dia hanya merangkum praktek akuntansi yang berlangsung pada saat itu dan mempublikasikannya. Hal ini diakui sendiri oleh Luca (Radebaugh, 1998) “Pacioli did not claim that his ideas were original, just that he was the one who was trying to organize and publish them. He objective was to publish a popular book that could be used by all, following the influence of the venetian businessmen rather than bankers”. Praktek bisnis dengan metode venetian yang menjadi acuan Luca menulis buku tersebut telah menjadi metode yang diadopsi tidak hanya di Italia namun hampir disemua negara eropah seperti Jerman, Belanda, Inggris.
Luca memperkenalkan 3 (tiga ) catatan penting yang harus dilakukan:
1. Buku Memorandum, adalah buku catatan mengenai seluruh informasi transaksi bisnis.
2. Jurnal, dimana transaksi yang informasinya telah disimpan dalam buku memorandum kemudian dicatat dalam jurnal.
3. Buku Besar, adalah suatu buku yang merangkum jurnal diatas. Buku besar merupakan centre of the accounting system (Raddebaugh, 1996).
Perkembangan sistem akuntansi ini didorong oleh pertumbuhan perdagangan internasional di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap transaksi komersial.
“ Pembukuan ala Italia “ kemudian beralih ke Jerman untuk membantu para pedagang zaman Fugger dan kelompok Hanseatik. Pada saat bersamaan filsuf bisnis Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan periodic dan pemerintah Perancis menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.
Tahun 1850-an double entry bookkeeping mencapai Kepulauan Inggris yang menyebabkan tumbuhnya masyarakat akuntansi dan profesi akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia dan Inggris tahun 1870-an. Praktik akuntansi Inggris menyebar ke seluruh Amerika Utara dan seluruh wilayah persemakmuran Inggris. Selain itu model akuntansi Belanda diekspor antara lain ke Indonesia, Sistem akuntansi Perancis di Polinesia dan wilayah-wilayah Afrika dibawah pemerintahan Perancis. Kerangka pelaporan sistem Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia, dan Kekaisaran Rusia.
Paruh Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi Amerika Serikat, kerumitan masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian Akuntansi diakui sebagai suatu disiplin ilmu akademik tersendiri. Setelah Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi semakin terasa di Dunia Barat. Bagi banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar dan praktik nasional yang melekat erat dengan hukum nasional dan aturan profesional.
SUDUT PANDANG KONTEMPORER
Terdapat sejumlah faktor tambahan yang menambah pentingnya mempelajari akuntansi internasional. Faktor-faktor ini tumbah dari pengurangan signifikan dan terus-menerus hambatan perdagangan dan pengendalian modal secara nasioanal yang terjadi seiring kemajuan teknologi informasi. Pengendalian nasional terhadap arus modal, valuta asing, investasi asing langsung dan transaksi terkait telah diliberalisasikan secara dramatis beberapa tahun terakhir, sehingga hambatan bisnis internasional berkurang. Kemajuaan teknologi informasi menyebabkan perubahan radikal dalam ekonomi produksi dan distribusi.
PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN OPERASI MULTINASIONAL
Bisnis internasional secara tradisional terkait dengan perdagangan luar negeri. Kegiatan ini yang berakar dari masa lampau, akan terus berlanjut. Isu akuntansi utama yang berhubungan dengan kegiatan ekspor dan impor adalah akuntansi untuk transaksi mata uang asing. Bisnis internasional saat ini semakin berhubungan dengan investasi asing langsung, yang meliputi pendirian sistem manufaktur atau distribusi dari luar negeri dengan membentuk afiliasi yang dimiliki seutuhnya, usaha patungan atau aliansi strategis. Operasi yang dilaksanakan diluar negeri membuat manager keuangan dan akuntan menghadapai resiko berupa semua jenis masalah yang tidak mereka hadapi ketika operasi perusahaan dilaksanakan didalam wilayah satu negara.
Prinsip pelaporan keuangan nasional dapat berbeda secara signifikan dari suatu negara ke negara lain karena prinsip-prinsip akuntansi tersebut dibentuk oleh lingkungan sosial ekonomi yang berbeda. Selain itu terdapat pilihan kurs nilai tukar yang digunakan untuk mengkonversi akun-akun luar negeri ke dalam satu mata uang pelaporan. Manajer keuangan dan akuntan juga harus memahami pengaruh kompleksitas lingkungan pengukuran akuntansi suatu perusahaan multinasional, memahami pengaruh perubahan nilai tukar dan tingkat inflasi merupakan hal penting, memiliki pengetahuan mengenai hukum pajak dan nilai mata uang untuk usaha yang beroperasi dilebih satu negara.
KOMPETISI GLOBAL
Faktor lain yang turut menyumbangkan semakin pentingnya akuntansi internasional adalah fenomena kompetisi global. Penentuan acuan ( benchmarking ), suatu tindakan untuk membandingkan kinerja satu pihak dengan suatu standar yang memadai bukan hal yang baru, tetapi standar perbandingan yang digunakan kini melampaui batas-batas nasional adalah sesuatu yang baru. Contoh pertanyaan yang relevan ”apakah saya menambah nilai banyak ke pelanggan saya dibandingkan dengan rekan yang berlokasi dinegara lain”.
MERGER DAN AKUISISI LINTAS BATAS
Merger umumnya diringkas dengan istilah sinergi operasi atau skala ekonomi, akuntansi memainkan peranan yang penting dalam mega konsolidasi ini karena angka-angka yang dihasilkan akuntansi bersifat mendasar dalam proses penilaian perusahaan. Perbedaan pengukuran nasional dapat memperumit proses penilaian perusahaan. Sebagai contoh, penialaian perusahaan sering kali didasarkan pada factor – factor berbasis harga ( price ), seperti rasio harga atas laba ( P/E ). Pendekatan disini adalah untuk menurunkan rata – rata factor P/E untuk perusahaan yang sebanding dalam industri dan penerapan factor ini atas laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang sedang dinilai untuk menghasilkan harga tawaran yang memadai.
Perhatian utama perusahaan yang akan melakukan akuisisi ketika sedang memberikan tawaran atas target akuisisi asing adalah sejauh apa factor E ( laba – earnings ) dalam ukuran P/E ini merupakan refleksi sesunguhnya dari variabel yang sedang diukur, bila dibandingkan dengan hasil dari perbedaan pengukuran akuntansi.
INOVASI KEUANGAN
Manejemen resiko telah menjadi istilah yang popular dalam lingkungan perusahaan dan manajemen. Dengan deregulasi pasar keuangan dan pengendalian modal yang terus dilakukan, vollatilitas dalam harga komoditas, valuta asing kredit dan ekuitas menjadi hal yang biasa saat ini. Berdasaran kondisi dunia saat ini manajer keuangan perlu menyadari resiko yang mereka hadapi, memutuskan risiko mana yang perlu dilindungi dan mengevaluasi hasil strategi manajemen risiko yang dijalankan. Meskipun kemajuan teknologi memungkinkan pergeseran risiko keuangan ke pihak lain, tetapi beban untuk mengukur risiko antar pihak tidak dapat dialihkan dan sekarang berada dipihak sekelompok besar pelaku pasar yang ada di negara lain.
INTERNASIONALISME PASAR MODAL
Faktor yang banyak menyumbang perhatian lebih terhadap akuntansi internasional dikalangan eksekutif perusahaan, investor, regulator pasar, pembuat standar akuntansi dan para pendidik ilmu bisnis adalah internasionalisasi pasar modal seluruh dunia. Federasi Pasar Modal Dunia ( World Federation of Exchanges ) melaporkan bahwa perusahaan domestik mencatatkan sahamnya meningkat di beberapa pasar dan menurun dibeberapa pasar lainya selama masa-masa dekade sekarang, yang sebagian disebabkan oleh merger dan akuisisi, yang juga berakibat pada penghapusan pencatatan saham ( delisting ) yang dilakukan beberapa perusahaan yang terkait. Tiga wilayah pasar ekuitas terbesar adalah, Amerika utara, Asia Pasifik, dan Eropa.
Amerika Utara
Ekonomi AS dan pasar sahamnya mengalamai pertumbuhan tanpa henti selama tahun 1990 pada tahun 2000, baik NYSE maupun Nasdaq mendominasi bursa efek lain diseluruh dunia dalam hal kapitalisasi pasar, nilai perdagangan saham domestik, nilai perdagangan saham asing, modal yang diperoleh perusahaan yang baru terdaftar, jumlah perusahaan domestik yang mencatatkan saham dan jumlah perusahaan asing yang mencatatkan sahamnya
Asia
Asia diperkirakan akan menjadi wilayah pasar ekuitas kedua terpenting. RRC (Republik Rakyat Cina) muncul sebagai perekonomian global utama dan negara-negara “ Macan Asia “ mengalami pertumbuhan dan pembangunan yang fenomenal. Beberapa krisis keuangan di Asia menunjukkan kerentanan dan ketidakmatangan perekonomian di Asia dan memperlambat pertumbuhan pasar modal di wilayah ini. Ditambah lagi pendapat dari kritikus mengenai lemahnya pengukuran akuntansi, pengungkapan dan standar auditing serta pengawasan dan penegakan implementasi standar tersebut. Namun demikian prospek pertumbuhan masa depan dalam pasar ekuitas Asia tampak kuat. Kapitalisasi pasar sebagai presentase dari produk domestik bruto (Gross Domestic Product-GDP) di Asia terbilang rendah dibandingkan di Amerika Serikat dan beberapa pasar utama Eropa, yang menunjukkan bahwa pasar ekuitas dapat memainkan peranan yang lebih besar di perekonomian Asia
Eropa Barat
Eropa adalah wilayah pasar ekuitas terbesar kedua di dunia dalam hal kapitalisasi pasar dan volume perdagangan. Perluasan ekonomi secara signifikan turut menyumbangkan pertumbuhan pasar ekuitas yang cepat selama paruh kedua tahun 1990-an. Faktor terkait di Eropa continental adalah perubahan perlahan menuju orientasi ekuitas yang sudah lama menjadi cirri-ciri pasar ekuitas London dan Amerika Utara.
PASAR EKUITAS EROPA
Pasar modal Eropa sedang mengalami perubahan besar dalam waktu singkat, sebagian dikarenakan globalisasi perekonomian dunia dan meningkatnya integrasi ekonomi di dalam Uni Eropa.
Budaya Ekuitas yang baru di Eropa Kontinental
Tumbuhnya budaya ekuitas di Eropa merupakan dasar untuk memperkirakan pertumbuhan kelanjutan di pasar ekuitas Eropa. Persaingan yang intensif di kalangan bursa efek Eropa memicu timbulnya perkembangan suatu budaya ekuitas, yang kemudian menjadi lebih berorientasi ke investor untuk meningkatkan kredibilitas dan menarik pencatatan saham baru. Banyak regulator efek dan bursa efek Eropa telah melaksanakan aturan pasar yang lebih ketat dan memperkuat upaya penegakan aturan. Meski demikian, persaingan ketat juga menyebabkan bursa efek dan regulator nasional untuk mempermudah aturan pencatatan saham dan memberikan pengecualian khusus bagi perusahaan penerbit saham. Meski selama tahun1990-an perusahaan di Eropa Kontinental telah memulai corporate governance untuk menarik modal baru dan minat investor, namun banyak perusahaan termasuk diantaranya perusahaan terbesar didunia, masih tertinggal jauh dari pengungkapan dan standar pencatatan saham yang ada di Inggris dan Amerika Utara.
Manfaat Akuntansi Internasional
Manfaat dari akuntansi internasional yaitu:
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local.
2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi.
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan dalam mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.
Perkembangan dan Klasifikasi Akuntansi Internasional
Akuntansi Internasional adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan prinsip akuntansi antarnegara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya. Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis.
Berikut ini karakteristik era ekonomi global:
1. Bisnis internasional
2. Hilangnya batasan-batasan antar Negara era ekonomi global sering sulit untuk mengindentifikasi Negara asal suatu produk atau perusahaan, hal ini terjadi pada perusahaan multinasional
3. Ketergantungan pada perdagangan internasional
Ada 8 (delapan) factor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi internasional:
1. Sumber pendanaan
Di Negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat, akuntansi memiliki focus atas seberapa baik manajemen menjalankan perusahaan (profitabilitas), dan dirancang untuk membantu investor menganalisis arus kas masa depan dan resiko terkait. Sebaliknya, dalam system berbasis kredit di mana bank merupakan sumber utama pendanaan, akuntansi memiliki focus atas perlindungan kreditor melalui pengukuran akuntansi yang konservatif.
2. Sistem Hukum
Dunia barat memiliki dua orientasi dasar: hukum kode (sipil) dan hukum umum (kasus). Dalam Negara-negara hukum kode, hukum merupakan satu kelompok lengkap yang mencakup ketentuan dan prosedur sehingga aturan akuntansi digabungkan dalam hukum nasional dan cenderung sangat lengkap. Sebaliknya, hukum umum berkembang atas dasar kasus per kasus tanpa adanya usaha untuk mencakup seluruh kasus dalam kode yang lengkap.
3. Perpajakan
Di kebanyakan Negara, peraturan pajak secara efektif menentukan standar karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun mereka untuk mengklaimnya untuk keperluan pajak. Ketka akuntansi keuangan dan pajak terpisah, kadang-kadang aturan pajak mengharuskan penerapan prinsip akuntansi tertentu.
4. Ikatan Politik dan Ekonomi
5. Inflasi
Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya histories dan mempengaruhi kecenderungan (tendensi) suatu Negara untuk menerapkan perubahan terhadap akun-akun perusahaan.
6. Tingkat Perkembangan Ekonomi
Faktor ini mempengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan dalam suatu perekonomian dan menentukan manakah yang paling utama.
7. Tingkat Pendidikan
Standard praktik akuntansi yang sangat rumit akan menjadi tidak berguna jika disalahartikan dan disalahgunakan. Pengungkapan mengenai resiko efek derivative tidak akan informative kecuali jika dibaca oleh pihak yang berkompeten.
8. Budaya
Empat dimensi budaya nasional, menurut Hofstede: individualisme, jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, maskulinitas.
Dimensi Nilai Akuntansi yang Mempengaruhi Praktek Akuntansi:
1. Profesionalisme versus control wajib preferensi terhadap pelaksanaan perimbangan professional individu dan regulasi sendiri kalangan professional dibandingkan terhadap kepatuhan dengan ketentuan hokum yang telah ditentukan.
2. Keseragaman versus fleksibilitas preferensi terhadap keseragaman dan konsistensi dibandingkan fleksibilitas dalam bereaksi terhadap suatu keadaan tertentu.
3. Konservatisme versus optimism.
4. Kerahasiaan versus transparansi preferensi atas kerahasiaan dan pembatasan informasi usaha menurut dasar kebutuhan untuk tahu dibandingkan dengan kesediaan untuk mengungkapkan informasi terhadap public.
Alasan-alasan perusahaan Go Internasional:
1. Theory pf comparative advantage
2. Imperfect market theory
3. Product cycle theory
4. Transfer technology and Strategic Alliance
Tantangan bagi profesi akuntan dalam pengembangan akuntansi:
1. Skill dan kompetensi yang dimiliki.
2. Memahami Cross Functional Linkages, akuntan tidak hanya cukup mahir dalam teknik, prosedur dan standar akuntansi tetapi juga harus biasa memandang bisnis sebagai suatu bentuk terintegrasi. Seperti : kualitas produk, fleksibilitas produksi dan kemampuan untuk memproduksi dan mengekspor dengan cepat agar bias memenangkan persaingan global.
3. Analisis keuangan dan perbandingannya.
KLASIFIKASI AKUNTANSI INTERNASIONAL
Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara: Dengan pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi dan pengalaman. Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistic untuk mengumpulkan data prinsip dan praktek akuntansi seluruh dunia.
Ada 4 (empat) pendekatan terhadap perkembangan akuntansi:
1. Berdasarkan pendekatan makroekonomi, praktek akuntansi didapatkan dari dan dirancang untuk meningkatkan tujuan makroekonomi nasional.
2. Berdasarkan pendekatan mikroekonomi, akuntansi bekembang dari prinsip-prinsip mikroekonomi. Tujuannya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki tujuan untuk bertahan hidup.
3. Berdasarkan pendekatan independent, akuntansi berasal dari praktek bisnis dan berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dan pertimbangan, coba-coba, dan kesalahan. Akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa yang konsep dan prinsipnya diambil dari proses bisnis yang dijalankan dan bukan dari cabang keilmuan seperti ekonomi.
4. Berdasarkan pendekatan yang seragam, akuntansi distandariasi dan digunakan sebagai alat untuk kendali administrasi oleh pemerintah pusat. Keseragaman dalam pengukuran, pengungkapan, dan penyajian akan memudahkan perancang pemerintah, otoritas pajak, dan bahkan manajer untuk menggunakan informasi akuntansi dalam mengendalikan seluruh jenis bisnis.
Akuntansi juga dapat diklasifikasikan dengan system hokum suatu Negara. (1) Akuntansi dalam negara-negara hukum umum memiliki karakter berorientasi terhadap penyajian wajar, transparansi, dan pengungkapan penuh dan pemisahan antara akuntansi keuangan dan pajak. Pasar saham mendominasi sumber-sumber keuangan dan pelaporan keuangan ditunjukkan untuk kebutuhan infrmasi investor luar. Akuntansi hukum umum disebut sebagai Anglo Saxon. (2) Akuntansi dalam Negara-negara hukum kode memiliki karakteristik beorientasi legalistic, tidak membiarkan pengungkapan dalam jumlah kurang, dan kesesuaian antara ankuntansi keuangan dan pajak. Bank atau pemerintah mendominasi ksumber keuangan dan pelaporan keuangan dan pelaporan keuangan ditujukan untuk perlindungan kreditor. Akuntansi ini disebut juga continental. Pemberian karakter akuntansi memparalelkan hal yang disebut sebagai model pemegang saham dan pihak berkepentingan tata kelila perusahaan dalan Negara hukum umum dan hukum kode.
Banyak perbedaan akuntansi di tingkat nasional menjadi semakin hilang. Terdapat beberapa alasan untuk hal ini (1) Ratusan perusahaan saat ini mencatat sahamnya pada bursa efek di luar Negara asal mereka, (2) Beberapa Negara hukum kode, secara khusus Jerman dan Jepang mengalihkan tanggung jawab pembentukan standar akuntansi dari pemerintah kepada kelompok sector swasta yang professional dan independent, (3) Pentingnya pasar saham sebagai sumber pendanaan semakin tumbuh di seluruh dunia.
Klasifikasi yang didasarkan padada penyajian wajar versus kepatuhan hukum menimbulkan pengaruh yang besar terhadap banyak permasalahan akuntansi, seperti (1) depresiasi, di mana beban ditentukan berdasarkan penurunan kegunaan suatu aktiva selama masa manfaat ekonomi (penyajian wajar) atau jumlah yang diperbolehkan untuk tujuan pajak (kepatuhan hukum), (2) sewa guna usaha yang memiliki substansi pembelian aktiva tetap diperlakukan seperti itu (penyajian wajar) atau diperlakukan seperti sewa guna usaha operasi yang biasa (kepatuhan hukum), (3) pension dengan biaya yang diakrual pada saat dihasilkan oleh karyawan (penyajian wajar) atau dibebankan menurut dasar dibayar pada saat berhenti kerja (kepatuhan hukum).
Masalah lain adalah penggunaan cadangan diskrit untuk meratakan laba dari satu periode ke periode yang lain. Penyajian wajar dan substansi mengungguli bentuk (substance over form) merupakan cii utama akuntansi hukum umum. Akuntansi kepatuhan hukum drancang untuk memenuhi ketentuan yang dikenankan pemerintah seperti perhitungan laba kena pajak atau memenuhi rencana makroekonomi pemerintah nasional. Pengukuran yang konservatif mamastikan bahwa jumlah yang hati-hati dibagikan. Akuntansi kepatuhan hukum akan terus digunakan dalam laporan keuangan perusahaan secara individu yang ada di Negara-negara hukum kode di mana laporan konsolidasi menerapkan pelaporan dengan penyajian wajar. Dengan cara ini, laporan konsolidasi dapat memberikan informasi kepada investor sedangkan laporan perusahaan individual untuk memenuhi ketentuan hukum.
AKUNTANSI INTERNASIONAL UNTUK PERUBAHAN HARGA
PENGARUH INFLASI TERHADAP PERUSAHAAN
Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja preusan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan operacional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli. Dengan kata lain, bertanggungjawaban keuangan atas kepemilikan juga akan mengalami penurunan nilai karena perusahaan bisnis akan membayar obligasinya di masa yang akan datang dengan uang tunai yang sudah kehilangan nilai daya beli. Yang menjadi peringatan disini adalah pertanggungjawaban keuangan, seperti pinjaman / suku bunga bank jangka pendek dan jangka panjang, sering mengakibatkan minat untuk meningkatkan tarif yang sangat tinggi dalam inflasi ekonomi.
Dampak inflasi pada aktiva non moneter digambarkan dalam laporan laba rugi dan neraca. Selama periode harga yang meningkat, pendapatan penjualan saat ini dibandingkan dengan persediaan yang mungkin telah dibeli beberapa bulan sebelumnya dan terhadap penyusunan properti bangunan dan peralatan berdasarkan harga perolehan yang mungkin telah dibeli beberapa tahun lalu, meskipun faktanya bahwa menempatkan persediaan dan aktiva tetap menjadi lebih mahal. Dampak terhadap laporan laba rugi dan neraca ini bisa membuat perusahaan masuk ke dalam masalah likuiditas. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari perbandingan biaya lama dengan keuntungan yang baru dapat mengarah pada permintaan dari pemegang saham untuk meningkatkan deviden dan untuk karyawan – karyawan dengan gaji yang lebih tinggi, meskipun perusahaan melihat kasnya berkurang. Oleh karena itu, diperkenalkan sistem akuntansi untuk inflasi yaitu General Purchasing Power Accounting dan Current Value Accounting.
AKUNTANSI DAYA BELI UMUM DAN PENDEKATAN ARUS NILAI SEKARANG
Akuntansi Daya Beli Umum (General Purchasing Power Accounting) Filosofi utama mengenai akuntansi daya beli umum adalah untuk melaporkan aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya – biaya dalam unit moneter dengan daya beli yang sama. Pendekatannya disini adalah bahwa unit ukuran moneter harus diseragamkan sementara mempertahankan dasar ukuran yang digunakan dalam laporan keuangan (contohnya : biaya historis) Di banyak Negara, laporan keuangan disiapkan dalam biaya histories yang berdasarkan mata uang. Ini berarti bahwa laporan – laporannya tidak tidak mengalami perubahan sesuai tingkat harga umum. Dibawah akuntansi daya beli umum, hal – hal non finansial dalam laporan keuangan (inventaris, modal tetap, dan peralatan) ditetapkan kembali untuk mencerminkan daya beli umum, biasanya pada akhir neraca saldo. Akuntansi daya beli umum harus diterapkan pada aktiva dan kewajiban keuangan dengan baik. Kas, contohnya kerugian daya beli selama periode inflasi karena kas ini tidak bias membeli sebanyak pada akhir periode seperti yang dilakukan di awal periode. Keuntungan debitur selama inflasi, karena mereka dapat membayar hutang mereka pada akhir periode dengan uang tunai yang telah menurun daya belinya. Laporan akuntansi daya beli umum akan menggambarkan kerugian atau keuntungan dalam penyesuaian pos – pos moneter yang terpisah. Masalah lebih lanjut adalah mengenai sifat indeks yang digunakan untuk membuat penyesuaian akuntansi daya beli umum. Dimana sebelumnya, indeks harga konsumen merupakan salah satu hal yang paling banyak digunakan secara luas di dunia untuk mengukur inflasi. Indeks ini akan mengukur perubahan – perubahan harga dalam kisaran barang – barang dan jasa pelanggan yang dibeli untuk konsumsi akhir. Karena indeks ini berorientasi konsumen, indeks ini tidak perlu merefleksikan perubahan – perubahan harga yang secara langsung mempengaruhi perusahaan. Akuntansi Arus Nilai Saat Ini (Current Value Accounting) Akuntansi Arus Nilai Saat Ini (Current Value Accounting) adalah hal yang berkaitan dengan peningkatan atau penurunan biaya atau nilai aktiva tertentu, bukan mengenai menurunnya daya beli mata uang.
Ada dua pendekatan utama dalam akuntansi nilai sekarang, yaitu :
• Biaya Pengganti (Current Cost / Replacement Cost) yang banyak digunakan dalam aktiva non moneter yaitu aktiva dinilai pada apa yang telah dikorbankan dengan apa yang akan menggantikannya.
• Biaya Penjualan (Current Exit Price/ Selling Price/Net Realizable Value) yaitu menilai aktiva pada tingkat harga penjualan dikurangi biaya pelengkap penjualan.
Akuntansi arus nilai sekarang berakibat pada keuntungan atas kepemilikan dan kerugian saat aktiva non moneter dinilai kembali. Akuntansi arus nilai sekarang jelas lebih kompleks karena akuntansi ini membutuhkan gabungan antara harga sebenarnya, perkiraan, penaksiran nilai dan kelompok aktiva yang homogen.
Current Value: GPP Accounting
Meskipun kita telah membicarakan GPP dan CVA secara terpisah, banyak akuntan dan ekonom percaya bahwa keduanya ini sebaiknya digabungkan dalam sistem akuntansi nilai nyata (real value accounting system). Penting sekali untuk mengingat bahwa perubahan-perubahan pada tingkat harga umu akan cenderung berbeda dari perubahan harga khusus yang relevan dengan perusahaan.
IASB TERHADAP AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Reaksi pertama IASC (sekarang IASB) pada akuntansi inflasi muncul pada tahun 1977 di IAS 6, yaitu Respon Akuntansi pada Perubahan Harga. Pada poin tersebut, tidak ada standar definitif baik itu di Amerika Serikat atau di Inggris, dan ada ketidaktpastian seperti bagaimana masalah akuntansi inflasi dapat diselesaikan di dua negara tersebut. Standar inflasi yang lebih definitif tidak muncul, ingá sampai pada tahun 1981 dengan keluarnya IAS 15, yaitu Refleksi Informasi Dampak Perubahan Harga, yang menggantikan IAS 6. Pada saat itu, FASB telah mengeluarkan SFAS 33 mengenai Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga.
Tipe-tipe utama informasi berikut ini merefleksikan dampak-dampak perubahan harga yang direkomendasikan untuk pengungkapan oleh IAS 15 sebagai berikut:
1. Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian penyusutan properti, bangunan, dan peralatan.
2. Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian dari harga pokok penjualan.
3. Penyesuaian yang berkaitan dengan pos-pos keuangan, dampak peminjaman, atau bunga kepemilikan ketika penyesuaian ini telah dimasukkan ke dalam akun dalam menentukan pendapatan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
4. Dampak keseluruhan dari hasil (pendapatan) dari penyesuaian sebagaimana pada pos-pos lainnya yang merefleksikan dampak perubahan harga yang dilaporkan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
5. Ketika metode biaya sekarang diadopsi, biaya sekarng property, bangunan, dan perlatan serta persediaan.
6. Metode yang diadopsi untuk menghitung informasi yang disebut dalam pos-pos sebelumnya, termasuk sifat dari indeks yang digunakan.
IAS 15 penting karena IAS 15 mengenali kebutuhan informasi untuk diungkapkan,mengenai dampak perubahan harga & inflasi dan memberikan pedoman khusus yang dapat diikuti oleh berbagai perusahaan untuk memperbaiki kualitas pengungkapan. Fakta bahwa adanya informasi pokok dari satu negara ke negara lainnya bisa berbeda, tentu saja ini menjadi masalah, tetapi profesi akuntansi jelas tidak bisa disesuaikan dengan solusi dunia.
Perkembangan sistem akuntansi untuk inflasi di Inggris, Amerika Serikat dan Benua Eropa.
• Inggris. Profesi akuntansi memperkenalkan SSAP 16 (Statement of Standard Accounting Practice – 16), mengenai “Akuntansi Biaya Sekarang” pada tahun 1980,dimana kebutuhan laporan keuangan akuntansi biaya sekarang baik itu sebagai laporan tambahan maupun sebagai laporan utama. Dengan ketentuan bahwa laporan biaya historis juga harus bisa disediakan. Walaupun begitu, SSAP 16 secara resmi ditarik pada tahun 1988 mengikuti penolakan tingkat inflasi dan kecaman dari bisnis. Pada saat yang sama, banyak perusahaan mengevaluasi kembali secara periodik terhadap tanah dan bangunan mereka pada nilai pasar (memperkirakan keluaran atau harga jual).
• Amerika Serikat. Regulasinya pertama kali diperkenalkan dengan sah yang ditentukan oleh SEC tahun 1976 (Rilis Seri Akuntansi 1990) untuk mengungkap penggantian informasi biaya yang berkaitan dengan penyusutan, harga pokok penjualan, aktiva tetap, dan persediaan. Selanjutnya, tahun 1979, FASB mengeluarkan SFAS No 33 (Statement of Financial Accounting Standard – 33) yang berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”.
• Benua Eropa. Ada lebih sedikit antusiasme untuk pengenalan sistem akuntansi untuk inflasi, meskipun telah ada rekomendasi resmi pada subjeknya. Contohnya, di Perancis dan Jerman. Di Perancis pada kahir tahun 1970 ketika evaluasi kembali dilakukan dengan menggunakan indeks pemerintah dibutuhkan untuk semua aktiva jangka panjang dan aktiva tetap. Evaluasi kembali ini tidak memiliki dampak pada pendapatan kena pajak, seperti pada penyusutan tambahan. Di Swedia, tidak ada kebutuhan – kebutuhan akan akuntansi inflasi, tetapi beberapa pengungkapan sukarela khusus telah dibuat.
Perkembangan Sistem Akuntansi di Amerika Selatan
• Di Brazil, akuntansi untuk inflasi digunakan pada awal tahun 1950, tetapi hukum perusahaan yang baru tahun 1976 melakukan penyesuaian, yaitu perusahaan menyajikan ulang akun – akun aktiva tetap dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indek harga yang diakui oleh pemerintah untuk mengukur devaluasi mata uang lokal.
• Di Argentina, sistem akuntansi untuk inflasi diperkenalkan terutama lewat prakarsa dan keterlibatan profesi akuntansi. Tahun 1972, sebuah pernyataan dikeluarkan yang menganjurkan publikasi laporan keuangan GPP tambahan. Akuntansi arus nilai sekarang di Belanda.
• Di Belanda, orang-orang telah mengetahui akuntansi nilai sekarang sejak lama.
Pendidikan yang ekstensif bagi para akuntan dalam ekonomi bisnis menghasilkan filosofi akuntansi yang difokuskan dengan nilai dan biaya sekarang dan dengan prinsip dan praktek ekonomi bisnis. Walaupun tidak diperlukan persyaratan untuk menggunakan akuntansi nilai sekarang, sebagai informasi utama atau tambahan, terdapat beberapa faktor pendukung untuk memakainya. Nilai sekarang ditentukan oleh departemen penjualan untuk aktiva tetap (baik tersendiri atau dalam kelompok sejenis), oleh departemen produksi untuk sejumlah peralatan desain khusus, dan oleh desain bangunan dan gedung departemen produksi untuk bangunan. Pada kasus persediaan, indeks biasanya digunakan untuk memperbaharui nilai sekarang dari kelompok aktiva sejenis. Penambahan (atau pengurangan) dalam nilai persediaan dan aktiva tetap untuk perubahan harga tertentu dikredit (didebit) ke akun surplus revaluasi pada neraca dibandingkan ke laporan laba rugi. Akibat perubahan nilai sekarang ini ditunjukkan dalam laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan yang lebih tinggi atau lebih rendah (sebagai hasil penambahan atau pengurangan dalam harga persediaan) dan biaya depresiasi yang lebih tinggi atau lebih rendah.
PROSPEK PERKEMBANGAN AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Signifikansi keberadaan tingkat inflasi dan perubahan harga di beberapa negara mengesankan bahwa kebutuhan dan penggunaan sistem akuntansi inflasi tampaknya menyisakan sejumlah kontroversi dalam pendugaan masa depan. Meskipun akuntansi daya beli umum telah digunakan di beberapa negara Amerika Latin yang berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat pada tingkat nasional yang menyelamatkan kemusnahan penelitian akuntansi inflasi pada tahun 1980-an. Namun beberapa perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela. Kontroversi, hal ini masih meliputi banyak aspek akuntansi nilai sekarang, khususnya dengan perubahan perlengkapan dan pemeliharaan keuntungan dan kerugian pos–pos moneter. Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan dari luar negeri dan verifikasi nilai sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan teknologi dengan cepat. Pemberian perhatian baru-baru ini pada akuntansi nilai sekarang atau nilai wajar, diharapkan akan menjadi sejumlah percobaan masa depan dengan berbagai jenis perubahan sistem akuntansi harga. Selain itu, mungkin juga menjadi pertumbuhan apresiasi keadaan dimana pendekatan alternatif mungkin atau tidak mungkin atau berguna dalam mengukurlaba dan asset. Kegunaan dari harga jual atau harga keluar dalam konteks perubahan harga, terutama dengan memperhatikan nilai properti atau investasi, juga akan diapresiasikan dengan lebih baik. Selain itu, menjadi tanggung jawab untuk menggunakan sumberinformasi relevan lainnya seperti arus kas.
Nindy Chairunnisa
20208886
Softskill
Langganan:
Postingan (Atom)